Cari Blog Ini

Kamis, 22 Desember 2011

Abu Hasan Krueng Kalee adalah Ahli Falakiyah Aceh


OLEH: TGK. ISMAIL, S.Sy

Tgk H. Muhammad Hasan bin Tgk H. Syeh Muhammad Hanafiah bin Tgk. Syeh Abbas bin Tgk Syeh Muhammad fadhil bin Syeh Abdurrahman bin Faisal bin Ramah bin Al La’badah bin Al Hauraani Ibnu as sab’ah yang berkebangsaan Arab datang ke Aceh sekitar tahun 1564 adalah salah seorang ulama Aceh lahir pada tahun 1886 di Krueng Kalee Banda Aceh dan wafat tahun 1973 M. Abu Muhammad Hasan Krueng Kalee adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Tgk. H. Muhammad Hanafi dengan Nyakti Hafsah binti Syeh Isma’il.
           
Setelah belajar pada tgk Chik di Keubok Siem, Aceh Besar dan tgk syik di lamnyong, pada umur 19 tahun melanjutkan pendidikannya di Yan, Kedah, Malaysia yaitu pada tgk Muhammad Arsyad yang berasal dari Kembang Tanjong Aceh Pidie. Pada tahun 1909 M bertepatan pada umur 23 tahun, abu Hasan Krueng Kalee bersama adiknya tgk syeh Abdul Wahab menunaikan ibadah haji ketanah suci Mekkah, serta bermaksud melanjutkan pendidikan di Masjidil Haram. Diantara guru-gurunya selama berada di Mekkah adalah syeh said Alyamani Umar bin Fadhil, Syeh khalifah, Syeh said Ahmad bin said Abibakar al Syattar addimyati, Syeh Abdullah Isma’il, Syeh Hasan Zamzami, Syeh Abdul Maniem dan Syeh Yusuf Annabhany. Abu hasan Krueng Kalee menetap di Mekkah selama tujuh tahun yaitu dari tahun 1909-1916 M.
            Disamping menguasai berbagai disiplin ilmu agama yang lazim dipelajari oleh ulama lain, Ia juga menguasai Handasatul Mutsallastaat (ilmu ukur sudut) dan ilmu falak (Astronomi). Dalam mempelajari ilmu falakiyah, beliau memiliki Rubu’al Mujayyab, suatu alat ukur yang sederhana dalam ilmu falakiyah, belia belajar ilmu ini  pada pensiunan Jenderal Turki Usmani yang telah bermukim di Mekkah diketika itu. Yang beminat menukuni ilmu falak dari nusantara waktu itu cuma abu Hasan Krueng Kalee dan Syeh Jamil Jaho dari Padang. Sehingga nama abu hasan Krueng Kalee dikenal dengan sebutan Syeh Muhammad Hasan Al Asyie al Falaky.
            Dalam ilmu falak beliau menganut faham rukyatul hilal dan kriteria bulan bisa dilhat 6 derajat di atas ufuk mar’i. untuk menghindari komplik dalam penentuan awal bulan Ramadhan dan wal Syawal, setiap tahun beliau mengeluarkan imsakiyah pribadi sebagai rujukan umat islam Aceh dengan standar jam kreta api waktu itu. Bahkan hasil hisabnya diakui pemerintah Belanda sebagai penentuan resmi awal puasa di Aceh pada masa penjajahan.
            Suatu ketika, seorang konteler (ahli ukur sudut ) Belanda yang ingin menguji kehebatan Abu Hasan Krueng Kalee dalam Ilmu Falakiyahnya dan ukur sudut datang menjumpai Abu di dayah menasah blang sambil minum air kelapa, kolonel itu bertanya berapa tinggi gunung yang terlihat jelas dari dayah,,? Setelah Abu memikir sejenak beliau langsung menjawab dengan benar dan diakui oleh kolonel Belanda tersebut. (sumber: media dakwah santi dayah edisi 10 / 2011 dengan penambahan dan pengurangan seperlunya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar