Cari Blog Ini

Senin, 15 Desember 2014

FILSAFAT ILMU FALAK: Pengertian dan Objek Kajian Ilmu Falak



1.    Pengertian Ilmu Falak
      Ilmu falak merupakan ilmu pengetahuan eksak yang objeknya berkaitan dengan benda-benda langit seperti Bumi, Bulan dan Matahari.[1] Secara etimologi, kata Falak berasal dari bahasa Arab فلك yang mempunyai arti lintasan benda-benda langit atau bermakna Orbit dalam bahasa Inggris.[2]
      Adapun secara terminologi, dapat dikemukakan beberapa definisi yang ada dalam tulisan individu dan lembaga,  di antaralain adalah sebagai berikut:

1. Kementerian Agama RI, ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari tentang lintasan benda-benda langit, di antaranya Bumi, Bulan dan Matahari.[3]
2. Muhammadiyah, ilmu falak sepadan maknanya dengan ilmu haiah dan ilmu astronomi, yaitu ilmu pengetahuan yang mengkaji posisi-posisi geometris benda-benda langit guna menentukan penjadwalan waktu di muka Bumi.[4]
3. Nur Hidayatullah Al-Banjari, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan eksak yang objeknya berkaitan dengan Bumi, Bulan, Matahari dan benda-benda langit lainnya.[5]
4. Susiknan Azhari, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit, seperti Matahari, Bulan, bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya, dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit itu serta kedudukannya dari benda-benda langit yang lain.[6]
5. Muhyiddin Khazin, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit, khususnya Bumi, Bulan dan Matahari pada orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda langit antara satu dengan yang lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan Bumi.[7]
      Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa ada yang sudah menyempitkan objek kajian ilmu falak pada lintasan Bumi, Bulan dan Matahari saja, ada juga yang masih memperluas cakupannya hingga ke planet-planet lain. Bila dilihat dalam literature modern, materi ilmu falak khusus mengkaji tentang orbit benda-benda langit seperti, Bumi, Bulan, Matahari dan bintang-bintang yang berkaitan dengan penentuan arah dan waktu di Bumi untuk keperluan ibadah saja, seperti penentuan arah kiblat, awal waktu salat, awal bulan dan perhitungan gerhana. Oleh karena itu, definisi ilmu falak yang relevan dengan kajian ilmu falak selama ini adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang lintasan benda-benda langit seperti, Bumi, Bulan, Matahari dan bintang-bintang agar dapat diketahui arah dan waktu di permuakaan Bumi untuk keperluan ibadah umat Islam.
      Dalam masyarakat Aceh, ilmu falak sering disamakan dengan ilmu nujum (astrologi). Menurut mereka, ilmu falak adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta, tidak dibedakan antara ilmu falak dalam pengertian sains dan ilmu falak dalam pengertian mitos (astrologi).[8] Ini mungkin salah satu penyebab kurangnya minat masyarakat Aceh dalam mempelajari dan mendalami ilmu falak di masa-masa awal pasca kemerdekaan, karena ada penggabungan asumsi antara makna ilmu falak sains dan ilmu falak mitos (ilmu nujum) dalam masyarakat. Aktivitas kajian ilmu falak saat itu dapat dihentikan oleh pemahaman pelarangan dalam mempelajari ilmu nujum.[9] Peristiwa ini suatu hal yang wajar karena bila dilihat objek formal dan material antara ilmu falak dengan ilmu nujum sama. Objek material ilmu falak dan ilmu nujum adalah benda-benda langit, begitu pula objek formal kedua ilmu ini juga sama, yaitu lintasan (orbit) benda-benda langit. Perbedaan yang mendasar antara ilmu falak denga ilmu nujum adalah, ilmu falak mempelajari lintasan benda-benda langit untuk penentuan arah dan waktu di permukaan Bumi, sedangakan ilmu nujum mempelajari lintasan benda-benda langit untuk penentuan peristiwa-peristiwa baik dan buruk di Bumi, seperti bencana dan nasib baik buruk seseorang.[10]
      Ilmu ini juga memiliki beberapa sebutan, disebut dengan “ilmu falak”, sebab mempelajari lintasan benda-benda langit. Disebut “ilmu hisab”, karena ilmu ini menggunakan perhitungan.[11] Disebut “ilmu rashd(الرصد) ”, sebab ilmu ini memerlukan pengamatan.[12]
2.    Objek Kajian Ilmu Falak
       Setiap disiplin ilmu pengetahuan harus memiliki objek material dam formal. Objek formal dan material menjadi syarat keilmuan untuk dapat disebut ilmu pengetahuan. Dengan demikian, setiap ilmu harus memiliki objek material dan onjek formal termasuk ilmu falak.[13]
     Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran kajian atau penyelidikan atau sesuatu yang diteliti, baik sesuatu yang konkret atau yang abstrak. Sementara objek formal adalah cara pandang dan perspektif yang digunakan oleh seorang peneliti dalam mempelajari atau mengkaji objek material. Objek formal inilah yang membedakan cabang ilmu yang satu dengan lainnya. Objek material suatu ilmu bisa sama, misalnya manusia, namun perspektif yang digunakan untuk mengkaji dan memahami manusia bisa berbeda, misalnya bisa psikologi, sosiologi, politik, ekonomi maupun antropologi.[14]
     Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa objek material ilmu falak adalah benda-benda langit, seperti Bumi, Bulan dan Matahari, karena benda-benda langitlah yang dijadikan sasaran kajian atau penyelidikan atau penelitian dalam ilmu falak. Sedangkan objek formalnya adalah lintasan atau orbit benda-benda langit, karena lintasan benda-benda langitlah yang dijadikan cara pandang ilmu falak.[15] Bila dilihat dari sisi objek material, maka ilmu falak memiliki kesamaan dengan ilmu lain, seperti astrofisika, astromekanik, kosmografi dan kosmologi, karena sama-sama menjadikan benda-benda langit sebagai sasaran penyelidikan atau penelitian, tetapi objek formalnya yang berbeda. Astrofisika melihat benda-benda langit dari segi ilmu alam dan kimia. Astromekanik, dari segi ukuran dan jarak antara satu benda langit dengan lainnya. Kosmografi, dari segi susunan dan gambaran umun terhadap benda-benda langit. Kosmologi, dari segi asal-usul struktur dan hubungan ruang waktu dari alam semesta.


[1]Nur Hidayatullah Al-Banjary, Penemu Ilmu Falak: Pandangan Kitab Suci dan Peradaban Dunia, Cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013), hlm. 1.

[2]Kementerian Agama RI, Ilmu Falak Praktik, Cet. I, (Jakarta: Sub. Direktorat Pembina Syariah dan Hisab Rukyat Direktorat Urusan Agama Islam & Pembina Syariah, 2013), hlm. 1. 

[3] Kementerian Agama RI, Ilmu Falak Praktik, hlm. 1.

[4]Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Pedoman Hisab Muhammadiyah, Cet. II, (Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, 2009), hlm. 3.

[5] Nur Hidayatullah Al-Banjary, Penemu Ilmu Falak…,hlm. 1.  
[6]Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Cet. II, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 66.

[7]Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, Cet. III, (Yogyakarta: Buana Pustaka, t,t), hlm. 1. Lihat juga tulisan T. Mahmud Ahmad, Ilmu Falak, Cet. I, (Banda Aceh: PeNA, 2013), hlm. 1.

[8]Husna Tuddar Putri, Tesis: Pemikiran Syekh Abbas Kuta Karang Tentang Hisab Penentuan Awal Bulan Hijriah, (Semarang: IAIN Walisongo, 2013), hlm. 14.

[9]Abdullah Ibrahim, Peranan Ilmu Falak Dengan Ibadah, 2011, hlm. 3.

[10]Abdullah Ibrahim, Peranan Ilmu Falak…, 2011, hlm. 3.

[11]Untuk katagori sekarang, ada beberapa buku yang langsung diberi nama dengan ilmu hisab, seperti buku Muchtar Yusuf, Ilmu Hisab dan Rukyah, 2010. Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, 2007.

[12]Nur Hidayatullah Al-Banjary, Penemu Ilmu Falak…, hlm. 2-3.

[13]Danial, Seri Buku Daras Filsafat Ilmu, Cet. I. (Yogyakarta: Kaukaba, 2014), hlm. 5-6.

[14]Danial, Seri Buku Daras Filsafat…, hlm. 5-6.

[15]Kesimpulan penulis tentang objek material dan objek formal ilmu falak berbeda dengan apa yang telah disimpulkan oleh Susiknan Azhari, dimana benda-benda langit yang dijaikan objek formal dan lintasan benda-benda langit dijaikan objek material. Lihat Susiknan Azhari, Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Cet. II, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007), hlm. 2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar