Di
Indonesia, kriteria dalam menentukan masuk awal bulan baru dalam penyusunan
kalender hijriah masih belum seragam. Pemerintah dan beberapa Ormas Islam masih
mempertahankan prinsip dengan kriteria masing-masing dalam menyusun kalender
hijriah. Perbedaan kriteria dalam penyusunan kalender hijriah akan mempengaruhi
keseragaman dalam mengawali bulan Ramadhan bila kondisi hilal belum terpenuhi
kriteria yang dipakai oleh semua kalangan di Indonesia.
Organisasi Muhammadiyah dalam penenetapan awal bulan hijriah
mengacu kepada kriteria hisab hakiki Wujudul Hilal, apabila hilal saat matahari
terbenam sudah berada di atas ufuk, maka malam itu sudah dianggap masuk bulan
baru. Nahdlatul Ulama (NU) menganut kriteria hisab hakiki Imkan Rukyat 2
derajat, apabila posisi hilal saat matahari terbenam sudah berada di atas 2
derajat, maka kesaksian hilal itu diterima dan malam itu dianggap masuk bulan
baru. Persatuan Islam (Persis) menganut kriteria hisab hakiki Imkan Rukyat 3
derajat untuk tinggi hilal dengan 6,4 derajat untuk sudut elongasi nya, artinya
apabila saat matahari terbenam, hilal sudah berada di atas 3 derajat dengan
sudut elongasinya 6,4 derajat, maka malam itu dianggap sudah masuk bulan baru.
Untuk mengetahui kapan jatuh 1
Ramadhan 1440 H, terlebih dahulu kita harus mengetahui kondisi hilal (bulan
sabit yang terlihat di atas kaki langit barat setelah matahari terbenam) untuk
1 Ramadhan 1441 H. Hilal menjadi patokan dalam menetapkan awal bulan hijriah dalam
kalangan mazhab hisab dan mazhab rukyat di Indonesia.
Data hilal untuk awal Ramadhan 1441
H di Indonesia adalah sebagai berikut: pertama, Konjungsi
geosentrik atau ijtma’ yaitu peristiwa ketika
nilai bujur ekliptika Bulan sama dengan nila ekliptika Matahari dengan
diandaikan pengamat berada di pusat Bumi. Peristiwa ini kembali terjadi pada
Kamis 23 April 2020 pukul 09.26 WIB atau pukul 10.26 WITA atau
pukul 11.26 WIT.
Kedua, tinggi hilal di atas ufuk barat pada hari Kamis tanggal 23 April 2020
M atau 29 Syakban 1441 H saat matahari terbenam diseluruh Indonesia berkisar antara 3,76 derajat Busur (tertinggi) di Tua Pejat, Sumatera Barat sampai dengan 2,70 derajat busur (terendah) di Jaya
Pura.
Ketiga, sudut elogasi adalah jarak sudut antara
pusat piringan bulan dengan pusat piringan matahari yang terbentuk saat
Matahari terbenam di tempat pengamatan. Nilai sudut
elogasi Bulan saat Matahari terbenam pada
hari Kamis 23 April 2020 atau 29 Syakban 1441 H diseluruh Indonesia berkisar antara 4,20 derajat (terendah) di Merauke sampai 5,11 derajat (tertinggi) di Sabang Aceh.
Dari data hilal di atas,
dapat dipastikan semua kriteria awal bulan hijriah yang dipakai selama ini oleh
ormas Islam di Indonesia sudah terpenuhi pada tanggal 23 April 2020 atau 29
Syakban 1441 H. Artinya secara perhitungan ilmu falak awal Ramadhan 1441 H
jatuh pada hari Jumat 24 April 2020. Kepastian dalam memasuki awal bulan
Ramadhan 1441 H harus menunggu hasil sidang Itsbat pemerintah yang akan
dilaksanakan pada sore hari 23 April 2020 di Jakarta, sidang Itsbat ini akan
memadukan antara laporan hasil rukyah hilal di seluruh Indonesia dengan data
astronomis. Kita berharap semua masyarakat bisa menunggu hasil sidang Itsbat
dan dapat mengikutinya dalam mengawali awal puasa Ramadhan tahun ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar