Cari Blog Ini

Sabtu, 02 November 2019

Ada Yang Istimewa Pada Gerhana Matahari 26 Desember 2019


Dalam ilmu falak, gerhana matahari dikenal ada empat jenis, pertama gerhana matahari total, dimana saat puncak gerhana terjadi, seluruh piringan matahari ditutupi oleh piringan bulan sehingga matahari terlihat hitam dan memancarkan cahaya korona yang indah. Kedua gerhana parsial, dimana saat puncak gerhana terjadi hanya sebahagian piringan matahari ditutupi oleh piringan bulan. Ketiga gerhana cincin, dinamai dengan cincin karena saat puncak gerhana terjadi, piringan bulan hanya menutupi pertengahan piringan matahari saja sehingga matahari terlihat bercahaya pada lingkaran pinggir saja yang berbentuk mirip cincin karena pada posisi tengah matahari berwarna hitam. Keempat gerhana hibrida, dimana saat puncak gerhana terjadi, di satu daerah terlihat gerhana matahari total dan di daerah lain terlihat berbentuk gerhana cincin. Gerhana jenis terahir ini tergolong peristiwa gerhana yang relatif jarang terjadi atau langka.

Untuk jenis gerhana matahari tanggal 26 Desember 2019 adalah gerhana matahari cincin, karena saat puncak gerhana terjadi, piringan bulan hanya menutupi bahagian tengah piringan matahari saja, sehingga sinar matahari hanya terlihat di pinggiran piringan matahari yang berbentuk cincin. Gerhana matahari cincin terjadi saat piringan matahari lebih besar dari piringan bulan yang dipengaruhi oleh jarak matahari dan bulan dari bumi. Jalur gerhana cincin hanya melintasi bahagian kecil dari pulau Sumatera dan Kalimantan yang meliputi Padang Sidempuan, Duri, Batam, Siak, Tanjung Batu, Singkawang dan Sambas. Sedangkan untuk wilayah lain di seluruh Indonesia akan melihat gerhana dalam bentuk parsial saja.  
Secara perhitungan ilmu falak, untuk wilayah Aceh gerhana matahari dalam bentuk parsial akan terjadi mulai pukul 10.34.24 ditandai dengan menyentuhnya piringan bulan denga piringan matahari. Saat puncak gerhana di Aceh, dimana 85 % piringan matahari ditutupi oleh piringan bulan pada pukul 12.17.36 dan saat ini permuakan matahari akan terlihat di Aceh seperti bulan sabit. Akhir gerhana pada pukul 14.00.53 yang ditandai piringan bulan sudah terlepas dari piringan matahari.
Bila dilihat dari segi sejarah Islam, peristiwa gerhana matahari cincin 26 Desember 2019 menarik untuk didalami. Dari analisis astronomis, ternyata pada masa Rasulullah menjelang Wafat sempat melihat gerhana matahari di Madinah dan salat gerhana bersama dengan masyarakat Madinah dan ternyata gerhana saat itu adalah gerhana matahari cincin. Gerhana ini terjadi pada tanggal 30 Januari 632 M menjelang Zulqaidah 10 H, dimana gerhana terjadi diperkirakan sekitar pukul 9 waktu Madinah dan terlihat di Madinah dalam bentuk Parsial dengan kadar 85 % piringan matahari ditutupi oleh piringan bulan.
 Peristiwa gerhana ini menjadi sorotan masyarakat Madinah saat itu, sebab pada hari yang sama (pada waktu pagi) meninggal anak Rasulullah yaitu Ibrahim pada umur 16 bulan. Semua masyarakat menduga bahwa gerhana matahari yang terjadi setelah selesai pemakaman anak Rasulullah adalah akibat dari meninggalnya anak Rasulullah, sehingga dalam isi khudbah Rasulullah meluruskan isu itu dengan menyebutkan “Matahari dan bulan adalah bahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana bukan karena kematian atau kehidupan seseorang. Maka bila melihatnya, berzikirlah kepada Allah dengan mengerjakan salat”. Ternyata salat gerhana ini bagi Rasulullah merupakan salat gerhana pertama dan yang terahir dalam hidup Rasulullah, diman sekitar 4 bulan setelah peristiwa gerhana ini terjadi, 12 Rabiul awal 11 H atau Juni 632 M Rasulullah Wafat. Bila dikaitkan antara Aceh dan Madinah dengan dua peristiwa gerhana matahari tersebut, ada kemiripan dan inilah yang menjadi istimewa. Pertama dari sisi nama gerhana, kedua gerhana itu berjenis gerhana matahari cincin. Kedua dari segi waktu kejadian, dua gerhana ini sangat mirib, sama-sama menjelang siang hari. Ketiga bentuk gerhana yang teramati, sama-sama 85 %.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar