1.
Pengertian Ilmu Falak
Ilmu
falak merupakan ilmu pengetahuan eksak yang objeknya berkaitan dengan
benda-benda langit seperti Bumi, Bulan dan Matahari.[1] Secara
etimologi, kata Falak berasal dari bahasa Arab فلك yang mempunyai arti lintasan benda-benda langit atau
bermakna Orbit dalam bahasa Inggris.[2]
Adapun
secara terminologi, dapat dikemukakan beberapa definisi yang ada dalam tulisan
individu dan lembaga, di antaralain adalah
sebagai berikut:
1. Kementerian
Agama RI, ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari tentang lintasan benda-benda
langit, di antaranya Bumi, Bulan dan Matahari.[3]
2. Muhammadiyah,
ilmu falak sepadan maknanya dengan ilmu haiah dan ilmu astronomi, yaitu ilmu
pengetahuan yang mengkaji posisi-posisi geometris benda-benda langit guna
menentukan penjadwalan waktu di muka Bumi.[4]
3. Nur
Hidayatullah Al-Banjari, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan eksak yang objeknya
berkaitan dengan Bumi, Bulan, Matahari dan benda-benda langit lainnya.[5]
4. Susiknan
Azhari, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan
benda-benda langit, seperti Matahari, Bulan, bintang-bintang dan benda-benda
langit lainnya, dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit
itu serta kedudukannya dari benda-benda langit yang lain.[6]
5. Muhyiddin
Khazin, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan
benda-benda langit, khususnya Bumi, Bulan dan Matahari pada orbitnya
masing-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda langit antara satu
dengan yang lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan Bumi.[7]
Dari
definisi di atas dapat dipahami bahwa ada yang sudah menyempitkan objek kajian
ilmu falak pada lintasan Bumi, Bulan dan Matahari saja, ada juga yang masih memperluas
cakupannya hingga ke planet-planet lain. Bila dilihat dalam literature modern,
materi ilmu falak khusus mengkaji tentang orbit benda-benda langit
seperti, Bumi, Bulan, Matahari dan bintang-bintang yang berkaitan dengan
penentuan arah dan waktu di Bumi untuk keperluan ibadah saja, seperti penentuan
arah kiblat, awal waktu salat, awal bulan dan perhitungan gerhana. Oleh karena
itu, definisi ilmu falak yang relevan dengan kajian ilmu falak selama ini
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang lintasan benda-benda langit
seperti, Bumi, Bulan, Matahari dan bintang-bintang agar dapat diketahui arah
dan waktu di permuakaan Bumi untuk keperluan ibadah umat Islam.
Dalam
masyarakat Aceh, ilmu falak sering disamakan dengan ilmu nujum
(astrologi). Menurut mereka, ilmu falak adalah sebuah ilmu pengetahuan yang
mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta, tidak dibedakan antara
ilmu falak dalam pengertian sains dan ilmu falak dalam pengertian mitos
(astrologi).[8]
Ini mungkin salah satu penyebab kurangnya minat masyarakat Aceh dalam
mempelajari dan mendalami ilmu falak di masa-masa awal pasca kemerdekaan,
karena ada penggabungan asumsi antara makna ilmu falak sains dan ilmu falak
mitos (ilmu nujum) dalam masyarakat. Aktivitas kajian ilmu falak saat
itu dapat dihentikan oleh pemahaman pelarangan dalam mempelajari ilmu nujum.[9]
Peristiwa ini suatu hal yang wajar karena bila dilihat objek formal dan
material antara ilmu falak dengan ilmu nujum sama. Objek material ilmu
falak dan ilmu nujum adalah benda-benda langit, begitu pula objek formal
kedua ilmu ini juga sama, yaitu lintasan (orbit) benda-benda langit.
Perbedaan yang mendasar antara ilmu falak denga ilmu nujum adalah, ilmu
falak mempelajari lintasan benda-benda langit untuk penentuan arah dan waktu di
permukaan Bumi, sedangakan ilmu nujum mempelajari lintasan benda-benda langit
untuk penentuan peristiwa-peristiwa baik dan buruk di Bumi, seperti bencana dan
nasib baik buruk seseorang.[10]
Ilmu
ini juga memiliki beberapa sebutan, disebut dengan “ilmu falak”, sebab
mempelajari lintasan benda-benda langit. Disebut “ilmu hisab”, karena ilmu ini
menggunakan perhitungan.[11]
Disebut “ilmu rashd(الرصد) ”, sebab ilmu ini memerlukan
pengamatan.[12]
2.
Objek Kajian Ilmu Falak
Setiap
disiplin ilmu pengetahuan harus memiliki objek material dam formal. Objek
formal dan material menjadi syarat keilmuan untuk dapat disebut ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, setiap ilmu harus memiliki objek material dan
onjek formal termasuk ilmu falak.[13]
Objek
material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran kajian atau penyelidikan atau
sesuatu yang diteliti, baik sesuatu yang konkret atau yang abstrak. Sementara
objek formal adalah cara pandang dan perspektif yang digunakan oleh seorang
peneliti dalam mempelajari atau mengkaji objek material. Objek formal inilah
yang membedakan cabang ilmu yang satu dengan lainnya. Objek material suatu ilmu
bisa sama, misalnya manusia, namun perspektif yang digunakan untuk mengkaji dan
memahami manusia bisa berbeda, misalnya bisa psikologi, sosiologi, politik,
ekonomi maupun antropologi.[14]
Dengan
demikian, dapat dipastikan bahwa objek material ilmu falak adalah benda-benda
langit, seperti Bumi, Bulan dan Matahari, karena benda-benda langitlah yang
dijadikan sasaran kajian atau penyelidikan atau penelitian dalam ilmu falak. Sedangkan
objek formalnya adalah lintasan atau orbit benda-benda langit, karena
lintasan benda-benda langitlah yang dijadikan cara pandang ilmu falak.[15]
Bila dilihat dari sisi objek material, maka ilmu falak memiliki kesamaan dengan
ilmu lain, seperti astrofisika, astromekanik, kosmografi dan kosmologi, karena
sama-sama menjadikan benda-benda langit sebagai sasaran penyelidikan atau
penelitian, tetapi objek formalnya yang berbeda. Astrofisika melihat
benda-benda langit dari segi ilmu alam dan kimia. Astromekanik, dari segi
ukuran dan jarak antara satu benda langit dengan lainnya. Kosmografi, dari segi
susunan dan gambaran umun terhadap benda-benda langit. Kosmologi, dari segi
asal-usul struktur dan hubungan ruang waktu dari alam semesta.
[1]Nur
Hidayatullah Al-Banjary, Penemu Ilmu Falak: Pandangan Kitab Suci dan
Peradaban Dunia, Cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013), hlm. 1.
[2]Kementerian
Agama RI, Ilmu Falak Praktik, Cet. I, (Jakarta: Sub. Direktorat Pembina
Syariah dan Hisab Rukyat Direktorat Urusan Agama Islam & Pembina Syariah,
2013), hlm. 1.
[3] Kementerian
Agama RI, Ilmu Falak Praktik, hlm. 1.
[4]Tim Majelis
Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Pedoman Hisab Muhammadiyah, Cet. II,
(Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, 2009), hlm. 3.
[5] Nur
Hidayatullah Al-Banjary, Penemu Ilmu Falak…,hlm. 1.
[6]Susiknan
Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Cet. II, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), hlm. 66.
[7]Muhyiddin
Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, Cet. III, (Yogyakarta: Buana
Pustaka, t,t), hlm. 1. Lihat juga tulisan T. Mahmud Ahmad, Ilmu Falak,
Cet. I, (Banda Aceh: PeNA, 2013), hlm. 1.
[8]Husna Tuddar
Putri, Tesis: Pemikiran Syekh Abbas Kuta Karang Tentang Hisab Penentuan Awal
Bulan Hijriah, (Semarang: IAIN Walisongo, 2013), hlm. 14.
[9]Abdullah
Ibrahim, Peranan Ilmu Falak Dengan Ibadah, 2011, hlm. 3.
[10]Abdullah
Ibrahim, Peranan Ilmu Falak…, 2011, hlm. 3.
[11]Untuk katagori
sekarang, ada beberapa buku yang langsung diberi nama dengan ilmu hisab,
seperti buku Muchtar Yusuf, Ilmu Hisab dan Rukyah, 2010. Encup
Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, 2007.
[12]Nur
Hidayatullah Al-Banjary, Penemu Ilmu Falak…, hlm. 2-3.
[13]Danial, Seri
Buku Daras Filsafat Ilmu, Cet. I. (Yogyakarta: Kaukaba, 2014), hlm. 5-6.
[14]Danial, Seri
Buku Daras Filsafat…, hlm. 5-6.
[15]Kesimpulan
penulis tentang objek material dan objek formal ilmu falak berbeda dengan apa
yang telah disimpulkan oleh Susiknan Azhari, dimana benda-benda langit yang
dijaikan objek formal dan lintasan benda-benda langit dijaikan objek material.
Lihat Susiknan Azhari, Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains
Modern, Cet. II, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007), hlm. 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar