Proses pelaksanaan ibadah rukun Islam kaum muslimin selalu terikat
dengan waktu-waktu tertentu, kecuali membaca kalimat syahadah. Prosesi ibadah
puasa, zakat dan haji, perhitungannya berdasarkan pada perjalanan revolusi
Bulan terhadap Bumi.Sedangkan salat yang merupakan kewajiban rutinitas harian
kaum muslimin, perhitungannya mengacu pada waktu Bumi melakukan rotasi dan
revolusi terhadap Matahari.[1]
Menghitung awal waktu salat merupakan salah satu ruang lingkup kajian
ilmu falak, dimana umat Islam dalam mengerjakan salat harus dalam waktu yang
telah ditentukan. Persoalan penentuan waktu dalam melaksanakan salat harus
menggunakan pendekatan ilmu falak, karena ilmu falak merupakan sebuah ilmu yang
mempelajari lintasan benda-benda langit untuk penentuan arah dan waktu di
permukaan Bumi.
Istilah awal waktu salat tidak ditemukan dalam Alquran dan
hadis.Masalah ini murni hasil ijtihad para ulama ketika menafsirkan ayat-ayat
Alquran dan hadis-hadis yang berkaitan dengan waktu salat.[2]Adapun
yang dimaksud dengan awal waktu salat di sini adalah sebagaimana yang biasa
diketahui oleh masyarakat, yaitu waktu salat lima waktu, yakni Zuhur, Asar,
Magrib, Isya dan Subuh.
Ilmu falak dalam menentukan awal waktu salat berangkat dari apa
yang difahami dalam ayat dan hadis. Ayat dan hadis memberi penjelasan bahwa
patokan awal waktu salat pada Matahari, yaitu tergelincir Matahari, panjang
pendekbayang-bayang suatu benda, terbenam Matahari, hilangnya mega merah dan
terbitnya Fajar. Peristiwa ini secara rutin akan terjadi karena apa yang
dikenal dengan rotasi Bumi dan revolusi Bumi yang relatif tetap, kemudian ilmu
falak menerjemahkan posisi Matahari pada saat-saat terjadi kejadian-kejadian
yang merupakan pertanda bagi awal atau akhir waktu salat dalam ayat dan hadis
kedalam bentuk rumus dengan menggunakan ilmu ukur bola (trigonometri bola).[3]
Awal waktu salat menurut ilmu falak adalah:
1.
Awal waktu salat Zuhur dimulai sesaat Matahari terlepas dari garis
meridian langit setelah mencapai titik kulminasi dalam peredaran hariannya.[4]
2.
Awal waktu salat Asar dimulai saat Matahari berada pada posisi yang
menghasilkan bayang-bayang suatu benda tegak lurus di permukaan Bumi dua kali
panjangnya. Posisi Matahari seperti ini diketahui dengan cara menentukan nilai
jarak zenith Matahari (zm), tinggi Matahari (hₒ) dan nilai sudut waktu
Matahari (tₒ).[5]
3.
Awal waktu salat Magrib dimulai saat Matahari sempurna terbenam (sunset)
di suatu tempat, dalam artian seluruh piringan Matahari sempurna melewati garis
ufuqmar’i (horizon kodrat).[6]
4.
Awal waktu salat Isya dimulai saat hilangnya mega merah (astronomical
twilight), hal ini terjadi di saat posisi Matahari berada sekitar 18
derajat di bawah ufuq Barat.[7]
5.
Awal waktu salat Subuh dimulai saat Matahari berada pada posisi
yang menghasilkan cahaya fajar, cahaya ini terjadi saat Matahari berada sekitar
20 derajat di bawah ufuq Timur.[8]
Untuk mengetahui proses perhitungan awal waktu salat dan
waktu-waktu yang berkaitan dengan salat, berikut penulis uraikan contoh
perhitungan dengan rumus yang ada dalam buku Kementerian Agama Republik
Indonesia. Untuk menghitung awal waktu salat, memang banyak rumus lain yang
bisa dijadikan sandaran, namun penulis mengambil referensi Kemenag RI, karena
anggapan penulis rumus ini sudah mendekati kesempurnaan dan teknis yang
tergolong terbaru dalam proses perhitungan awal waktu salat.
Kementerian Agama RI.[9]
Untuk menyelesaikan perhitungan awal waktu salat, ada beberapa data
yang harus dipersiapkan:
a.
Lintang tempat (φ).
b.
Bujur tempat (λ)
c.
Tinggi tempat dari permukaan laut.
d.
Deklinasi Matahari (δₒ).
e.
Sudut waktu Matahari (tₒ).
f.
Perata waktu (equation of time) (e).
g.
Ikhtiyat.[10]
h.
Tinggi Matahari (high of sun)(hₒ).
Contoh.
Sebagai contoh dalam penyelesaian rumus awal waktu salat, penulis
mengambil sampel kota Lhokseumawe. Perhitungan dilakukan pada tanggal 29
Desember 2014 M dengan mengambil tempat masjid Islamic Center Lhokseumawe,
koordinat tempat 05° 10ʹ 48,36ʺ LU, 97° 08ʹ 30,33ʺ BT dan tinggi tempat 1
(satu) meter di atas permukaan laut.[11]
Data yang diperlukan:
a.
Lintang tempat (φ) = 05° 10ʹ 48,36ʺ LU
b.
Bujur tempat (λ) = 97° 08ʹ 30,33ʺ BT
c.
Tinggi tempat dari permukaan laut = 1 meter
d.
Deklinasi Matahari (δₒ) = tanggal 29 Desember 2014 pukul 12 WIB
-23° 12ʹ 43ʺ[12]
e.
Perata waktu (equation of time) (e) = tanggal 29 Desember
2014 -0. 1. 59[13]
f.
Ikhtiyat = 2 menit
1)
Awal waktu Zuhur.
Rumus : WH - (e) + (λʷ - λ) : 15
Ket. WH = waktu hakiki (pukul 12).
λʷ = waktu
daerah, WIB 105°, WITA 120°, WIT 135°
= 12 - (-00.01.59)
+ (105° - 97° 08ʹ 30,33ʺ) : 15
= (105° - 97°
08ʹ 30,33ʺ) = 7° 51ʹ 29,67ʺ
= 7° 51ʹ 29,67ʺ
: 15 = 00.31.25,98.
= 00.01.59 +
00.31.25,98 = 00.33.24,98
= 12 +
00.33.24,98 = 12.33.24,98
= 12.36 Wib.
2)
Awal waktu Asar.
a)
Jarak zenit. zm = δₒ - φ
zm = -23° 12ʹ 43ʺ- 05° 10ʹ 48,36ʺ = -28° 23ʹ 31,36ʺ
=
-28° 23ʹ 31,36ʺ
= 28° 23ʹ 31,36ʺ
b)
Tinggi Matahari (hₒ)
Cotan ha = tan
zm + 1
= tan 28° 23ʹ
31,36ʺ + 1[14]
= 32° 59ʹ
20.02ʺ
c)
Sudut waktu Matahari (tₒ)
Cos tₒ = sin hₒ
:cos φ : cos δₒ - tan φ x tan δₒ
= sin 32° 59ʹ 20.02ʺ : cos 05° 10ʹ
48,36ʺ : cos-23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ 48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ[15]
tₒ = 50° 40ʹ24.04ʺ : 15
= 03.22.41,63
d)
Awal waktu Asar
Rumus = 12 + (tₒ)
= 12 +
(03.22.41,63) = 15.22.41,63
= 15.22.41,63
(waktu hakiki) + (waktu setempat) 00.33.24,98
= 15.56.06,61
= 15.59 Wib.
3)
Awal waktu Magrib.
a)
Tinggi Matahari (hₒ)
hₒ = -(ref + sd
+ ku)
ku = 0° 1,76ʹ x
√01m
= 0° 01ʹ 45,06ʺ
Sd = 0° 16ʹ
Ref = 0° 34ʹ
hₒ = - (0° 34ʹ + 0° 16ʹ + 0° 01ʹ 45,06ʺ)
=
-00° 51ʹ 45,06ʺ
b)
Sudut waktu Matahari (tₒ)
tₒ = cos tₒ = sin hₒ : cos φ : cos
δₒ - tan φ x tan δₒ
= sin -00° 51ʹ 45,06ʺ : cos 05° 10ʹ
48,36ʺ : cos -23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ
48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ[16]
= 88° 42ʹ 52,72ʺ : 15
tₒ = 05.54.51,51
c)
Awal waktu Magrib
Rumus = 12 +
(tₒ)
= 12 +
(5.54.51,51) = 17.54.51,51
= 17.54.51,51
(waktu hakiki) + (waktu setempat) 00.33.24,98
= 18.28.16,49
= 18.31 Wib.
4)
Awal waktu Isya
a)
Tinggi Matahari (hₒ)
hₒ = -17° + (hₒ
Magrib)
= -17° + (-00°
51ʹ 45,06ʺ)
= -17° - 00°
51ʹ 45,06ʺ
= -17° 51ʹ
45,06ʺ
b)
Sudut waktu Matahari (tₒ)
Cos tₒ = sin hₒ : cos φ : cos δₒ -
tan φ x tan δₒ
= sin -17° 51ʹ 45,06ʺ : cos 05° 10ʹ
48,36ʺ : cos -23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ 48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ.[17]
=
107° 13ʹ 55ʺ : 15
tₒ = 7.08.55,67
c)
Awal waktu Isya
Rumus = 12 + (tₒ)
= 12 + (7.08.55,67) = 19.08.55,67
= 19.08.55,67 (waktu hakiki) +
(waktu setempat) 00.33.24,98
= 19.42.20,65
= 19.45 Wib.
5)
Awal waktu Subuh
a)
Tinggi Matahari (hₒ)
hₒ = -19° + (hₒ Magrib).
= -19° + (-00° 51ʹ 45,06ʺ)
= -19° - 00°
51ʹ 45,06ʺ
= -19° 51ʹ
45,06ʺ
b)
Sudut waktu Matahari (tₒ)
Cot tₒ = sin hₒ : cos φ : cos δₒ -
tan φ x tan δₒ
= sin -19° 51ʹ 45,06ʺ : cos 05° 10ʹ
48,36ʺ : cos -23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ 48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ.[18]
=109° 24ʹ 36,04ʺ : 15
tₒ = -7.17.38,43
c)
Awal waktu Subuh
Rumus = 12 + (tₒ)
= 12 + (-7.17.38,43)= 04.42.21,57
= 04.42.21,57 (waktu hakiki) + (waktu setempat) 00.33.24,98
= 05.15.46,55
= 05.18 Wib.
6)
Imsak
Imsak = awal
waktu Subuh – 00.10.00
= 05.18 –
00.10.00
= 05.08 Wib.
7)
Awal terbit matahari (Syuruq)
a)
Tinggi Matahari (hₒ)
hₒ = -(ref + sd
+ ku)
ku = 0° 1,76ʹ x
√01m
= 0° 01ʹ 45,06ʺ
Sd = 0° 16ʹ
Ref = 0° 34ʹ
hₒ = - (0° 34ʹ + 0° 16ʹ + 0° 01ʹ 45,06ʺ)
=
-00° 51ʹ 45,06ʺ
b)
Sudut waktu Matahari (tₒ)
tₒ = cos tₒ = sin hₒ : cos φ : cos δₒ - tan φ x tan δₒ
= sin -00° 51ʹ 45,06ʺ : cos 05° 10ʹ 48,36ʺ : cos -23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ 48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ[19]
= -88° 42ʹ 52,72ʺ : 15
tₒ = -05.54.51,51
c)
Awal terbit matahari
Rumus = 12 + (tₒ)
= 12 + (-05.54.51,51)= -06.05.08,49
= -06.05.08,49 (waktu hakiki) + (waktu setempat) 00.33.24,98
= 06.38.33,47 - ihktiyat
= 06.35 Wib.
8)
Awal waktu Dhuha
a)
Tinggi Matahari (hₒ)
hₒ (tinggi
matahari) saat awal waktu dhuha = + 04° 30'
b)
Sudut waktu Matahari (tₒ)
tₒ = cos tₒ = sin hₒ : cos φ : cos δₒ - tan φ x tan δₒ
= sin 04° 30' 00" : cos 05° 10ʹ
48,36ʺ : cos -23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ
48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ[20]
= -82° 50ʹ 32,94ʺ : 15
tₒ = -05.31.22,2
c)
Awal waktu Dhuha
Rumus = 12 +
(tₒ)
= 12 + (-05.31.22,2)=
06.28.37,8
= 06.28.37,8
(waktu hakiki) + (waktu setempat) 00.33.24,98
= 07.02.02,78 -
ihktiyat
= 07.05 Wib.
9)
Waktu nisful laili (1/2 malam)
waktu
magrib + ((24 + waktu subuh) –
waktu magrib) / 2
= 18.31 + ((24 + 05.18) - 18.31) / 2 =
23.54.30 Wib
Dari penyelesaian perhitungan rumus awal waktu salat untuk kota
Lhokseumawe dapat dipastikan bahwa awal waktu salat untuk kota Lhokseumawe tanggal
29 Desember 2014 adalah:
a.
Awal waktu Zuhur = 12.36 Wib
b.
Awal waktu Asar = 15.59 Wib
c.
Awal waktu Magrib = 18.31 Wib
d.
Awal waktu Isya = 19.45 Wib
e.
Awal waktu Subuh = 05.18 Wib
f.
Awal waktu Imsak =
05.08 Wib
g.
Awal waktu Syuruq =
06.35 Wib
h.
Awal waktu Dhuha =
07.05 Wib
i.
Awal waktu Nisful Laili =
23.55 Wib
[1]Tono
Saksono, Mengungkap Rahasia Simfoni Zikir Jagat Raya, Cet. I, (Bekasi:
Pustaka Darul Ilmi, 2006), hlm. 97.
[2]Susiknan
Azhari, Ilmu Falak: Perjumpaan.., hlm. 63-64
[3]Tim
Majelis Tarjih dan Tajdid PP. Muhammadiyah, Pedoman Hisab Muahammadiyah..,
hlm. 50-54.
[4]Ismail,
Posisi Matahari Pada Awal Waktu Salat dalam Perspektif Fiqh Syafi’iyah dan
Ilmu Falak, Syarah: Jurnal Hukum Islam dan Ekonomi, Vol. II, 2013, hlm. 71.
Lihat juga, Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP. Muhammadiyah, Pedoman Hisab
Muahammadiyah, Cet. II, (Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tajdid PP.
Muhammadiyah, 2009), hlm. 50-51.
[5]M.Yusuf
Harun, Pengantar Ilmu Falak, Cet. I, (Banda Aceh: Yayasan PeNA, 2008),
hlm. 20-22.
[6]A.Jamil,
Ilmu Falak: Teori dan Aplikasi, Cet. I, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 36.
[7]A.Jamil,
Ilmu Falak: Teori…, hlm. 44-46.
[8]Muhyiddin
Khazin, Ilmu Falak dalam…, hlm. 92.
[9]Data
penyelesaian rumus perhitungan awal waktu salat ini
sepenuhnya diambil dari buku yang ditulis oleh Kementerian Agama RI dengan
sedikit perobahan pada simbol dan mekanisme penyelesaian rumus. Selengkapnya
lihat Kementerian agama RI, Ilmu Falak Praktik, Cet. I, (Jakarta: Sub. Direktorat
Pembina Syariah dan Hisab Rukyat, Direktorat Urusan Agama Islam & Pembina
Syariah, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2013), hlm.
86-93.
[10]Ihktiyat berfungsi sebagai pengamanan dalam perhitungan awal waktu salat
dengan cara menambahkan atau mengurangi 2 menit agar hasil perhitungan dapat
diberlakukan sekitar 27,5 km dari titik perhitungan.
[14]Cara
pencet kalkulator Casio fx-350 MS. Shift Tan (1: (Tan 28° 23ʹ 31,36ʺ + 1)) =
derajat° .
[15]Cara
pencet kalkulator Casio fx-350 MS. Shift cos (sin 32° 59ʹ 20.02ʺ : cos 05° 10ʹ
48,36ʺ : cos-23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ 48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ) = derajat °.
[16]Cara
pencet kalkulator Casio fx-350 MS. Shift cos (sin -00° 51ʹ 45,06ʺ : cos 05° 10ʹ
48,36ʺ : cos -23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ
48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ)= derajat°.
[17]Cara
pencet kalkulator Casio fx-350 MS. Shift cos (sin -17° 51ʹ 45,06ʺ : cos 05° 10ʹ
48,36ʺ : cos -23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ 48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ) = derajat°.
[18]Cara
pencet kalkulator Casio fx-350 MS. Shift cos (sin -19° 51ʹ 45,06ʺ : cos 05° 10ʹ
48,36ʺ : cos -23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ 48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ) = derajat°.
[19]Cara
pencet kalkulator Casio fx-350 MS. Shift cos (sin -00° 51ʹ 45,06ʺ : cos 05° 10ʹ
48,36ʺ : cos -23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ
48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ)= derajat°.
[20]Cara
pencet kalkulator Casio fx-350 MS. Shift cos (sin 04° 30' : cos 05° 10ʹ 48,36ʺ : cos
-23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ 48,36ʺ x tan
-23° 12ʹ 43ʺ)= derajat°.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar