Pada hari Selasa tanggal 24 Januari 2017 Masehi
bertepatan dengan tanggal 26 Rabiul Akhir 1438 Hijriah, tim pengukur arah
kiblat dari Pusat Studi Ilmu Falak (PSIF) STAIN Malikussaleh Lhokseumawe
bekerjasama dengan tim Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Aceh Utara
telah mengukur arah kiblat untuk pembangunan baru Masjid Baitul Karamah Kemukiman
Panteu Breuh Kecamatan Baktiya Kabupanten Aceh Utara.
Data yang didapatkan sebagai berikut:
1. Lintang Tempat = 05° 07' 39" LU
2. Bujur Tempat =97° 26' 37" BT
3. Azimut Kiblat = 292° 07' dari U-T-S-B
Pengukuran arah kiblat dilakukan dengan teodolit
yang telah dikalibrasikan dengan azimut matahari. Dari pengukuran arah
kiblat untuk pembangunan baru masjid tersebut, maka dapat
diberitahukan hasilnya sebagai berikut:
1. Nilai azimut matahari = 134° 40' pada pukul 11.00 wib
2. Nilai titik Utara Sejati = 360° - 134° 40'
=
225° 20' dari arah matahari.
Petugas Pengukuran, Saksi-saksi,
1. Ismail, S.Sy., MA (PSIF) 1. Tgk. M. Hasan
Syamsyuddin
2. Yusri, S.Ag., M.Ap (Kemenag) 2. Tgk. H. Abdul Ghani Ali
3. M. Romli, .HI., M.HI (Kemenag) 3. Tgk. Tarmizi Abdul Ghani
4. Muksalmina, S.Ag (Kemenag) 4. Tgk. H. Rusli H.Abdurrahman
5. A. Hadi (Kemenag) 5. Tgk. Azhari
Ismail
6. Waled. Mustafa M. Isa (MPU)
7. Tgk. Abdul Hamid, S.Pd.I (MPU)
Pengukuran arah kiblat ini dilakukan atas permintaan dari pihak panitia pembangunan masjid, hal ini dilakukan mengingat akan dibangun masjid baru di samping masjid lama. bila dilihat dari realita dalam membangun masjid, sudah sewajarnya panitia pembangunan masjid manapun harus mengkonsultasi langsung dengan Kemenag di Kabupaten atau Kota disetiap renovasi masjid yang ada atau ingin membangun yang baru, mengingat masjid yang lama kadang kala hanya mengukur arah kiblat dengan alat yang sederhana dan itu sudah wajar bila dilihat dari sarana yang tersedia pada masa itu yang terhitung puluhan tahun bahkan ratusan tahun yang lalu. Untuk saat ini, instrumen yang sangat akurat dalam mengetahui arah kiblat untuk membangun masjid adalah Teodolit yang dikalibrasi dengan matahari, hal ini dikarenakan teodolit mampu menghasilkan nilai azimut kiblat sampai sekala detik busur yang secara pasti tidak bisa didapatkan dengan cara mengukur arah kiblat dengan kompas atau dengan bayang-bayang kiblat.
Menggunakan instrumen lain, seperti kompas dan bayang kiblat juga akurat tapi tidak seakurat menggunakan teodolit. Menggunakan kompas dan bayang kiblat bisa dipastikan keakuratan nya bila bangunan yang akan dibangun di bawah 10 meter persegi. Bila bangunan yang luwas seperti kondisi pisik bangunan masjid sekarang, maka sangat sulit untuk tepat arah kiblat bila menggunakan alat selain teodolit. Kendalanya adalah, bila menggunakan kompas dan bayang kiblat, tali penunjuk arah kiblat yang dibentangkan memperkirakan arah bayangan kiblat atau arah penunjuk kompas sulit terjamin keakuratan bila tali terlalu panjang, sedikit saja bergeser di penghujung tali akan berakibat pergeseran yang fatal terhadap hasil arah bangunan masjid. Bilapun hasil bangunan masjid tepat dan sesuai dengan nilai azimut arah kiblat, itu hanya kebutulan, bukan jaminan dari sebuah pengukuran arah kiblat. Untuk wilayah Aceh, mengingat di setiap Kemenag Kabupaten atau Kota telah tersedia teodolit yang diperuntukkan untuk mengukur arah kiblat, seakan-akan menggunakan kompas dan instrumen lain tidak bisa diterima untuk pengkuran arah kiblat tempat umum seperti masjid, menasah dan mushalla. Mengingat menentukan arah kiblat adalah sebuah ijtihad, dan hasil ijtihad tidak bisa digunakan bila tidak menempuh jalur atau cara terakurat yang ada pada masa saat ijtihad dilakukan. Wallahu'aklam bissawab.
Bentuk Masjid yang akan dibangun
Proses penyetelan teodolit untuk digunakan dalam mengukur arah kiblat
Proses penyetelan teodolit untuk digunakan dalam mengukur arah kiblat
Proses penyetelan teodolit untuk digunakan dalam mengukur arah kiblat
Proses penyetelan teodolit untuk digunakan dalam mengukur arah kiblat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar