Di Indonesia, kriteria dalam menentukan masuk awal bulan baru dalam penyusunan kalender hijriah masih belum seragam. Pemerintah dan beberapa Ormas Islam masih mempertahankan prinsip dengan kriteria masing-masing dalam menyusun kalender hijriah. Perbedaan kriteria dalam penyusunan kalender hijriah akan mempengaruhi keseragaman dalam mengawali bulan Ramadhan bila kondisi hilal belum terpenuhi kriteria yang dipakai oleh semua kalangan di Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama dalam menyusun kalender hijriah menggunakan kriteria tinggi hilal minimal 2 derajat, sudut elongasi minimal 3 derajat, atau umur hilal minimal 8 jam setelah konjungsi.
Organisasi Muhammadiyah dalam penenetapan awal bulan hijriah mengacu kepada kriteria hisab hakiki Wujudul Hilal, apabila hilal saat matahari terbenam sudah berada di atas ufuk barat, maka malam itu sudah dianggap masuk bulan baru. Nahdlatul Ulama (NU) menganut kriteria hisab hakiki Imkan Rukyat 2 derajat, apabila posisi hilal saat matahari terbenam sudah berada di atas 2 derajat, maka kesaksian hilal itu diterima dan malam itu dianggap masuk bulan baru. Persatuan Islam (Persis) menganut kriteria hisab hakiki Imkan Rukyat 3 derajat untuk tinggi hilal dengan 6,4 derajat untuk sudut elongasi nya, artinya apabila saat matahari terbenam, hilal sudah berada di atas 3 derajat dengan sudut elongasinya 6,4 derajat, maka malam itu dianggap sudah masuk bulan baru.
Untuk mengetahui kapan jatuh 1 Ramadhan 1442 H, terlebih dahulu kita harus mengetahui kondisi hilal (bulan sabit yang terlihat di atas kaki langit barat setelah matahari terbenam) untuk 1 Ramadhan 1442 H. Hilal menjadi patokan dalam menetapkan awal bulan hijriah dalam kalangan mazhab hisab dan mazhab rukyat di Indonesia.
Data hilal untuk awal Ramadhan 1442 H di Indonesia adalah sebagai berikut: pertama, Konjungsi geosentrik atau ijtma’ yaitu peristiwa ketika nilai bujur ekliptika Bulan sama dengan nila ekliptika Matahari dengan diandaikan pengamat berada di pusat Bumi. Peristiwa ini kembali terjadi pada Senin 12 April 2021 pukul 09.30 WIB atau pukul 10.30 WITA atau pukul 11.30 WIT.
Kedua, tinggi hilal di atas ufuk barat pada hari Senin tanggal 12 April 2021 M atau 29 Syakban 1442 H saat matahari terbenam diseluruh Indonesia berkisar antara 3 derajat 37,95 menit Busur (tertinggi) di Bengkulu, sampai dengan 2 derajat 37,04 menit busur (terendah) di Jaya Pura.
Ketiga, sudut elogasi adalah jarak sudut antara pusat piringan bulan dengan pusat piringan matahari yang terbentuk saat Matahari terbenam di tempat pengamatan. Nilai sudut elogasi Bulan saat Matahari terbenam pada hari Senin 12 April 2021 atau 29 Syakban 1442 H diseluruh Indonesia berkisar antara 4 derajat 45,73 menit busur (tertinggi) di Banda Aceh sampai 3 derajat 53,09 menit busur (terendah) di Jaya Pura.
Dari data hilal di atas, dapat diinformasikan kriteria yang dipakai oleh pemerintah, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama (NU) telah terpenuhi, sehingga 1 Ramdhan 1442 H jatuh pada Selasa 13 April 2021, sedangkan Ormas Persatuan Islam (Persis) kriteria hilal belum terpenuhi sehingga jumlah hari bulan Syakban digenapkan 30 hari dan 1 Ramadhan 1442 H jatuh pada Rabu 14 April 2021. Kepastian dalam memasuki awal bulan Ramadhan 1442 H harus menunggu hasil sidang Itsbat pemerintah yang akan dilaksanakan pada sore hari 12 April 2021 di Jakarta, sidang Itsbat ini akan memadukan antara laporan hasil rukyah hilal di seluruh Indonesia dengan data astronomis. Kita berharap semua masyarakat bisa menunggu hasil sidang Itsbat dan dapat mengikutinya dalam mengawali awal puasa Ramadhan tahun ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar