Cari Blog Ini

Senin, 29 Juni 2015

HARI RAYA IDUL FITRI 1436 H ADA POTENSI PERBEDAAN

Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan kita untuk mengetahui penentuan awal waktu di permukaan Bumi. Salah satunya adalah penentuan awal bulan Hijriah, yang didasarkan pada peredaran Bulan mengelilingi Bumi. Penentuan awal bulan Hijriah ini sangat penting bagi umat Islam, misalnya dalam penentuan awal tahun baru Hijriah, awal dan akhir puasa Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha.

Di Indonesia, setiap datangnya bulan Ramadhan, masyarakat pasti bertanya-tanya, apakah awal dan akhir puasa Ramadhan kita kali ini akan serentak atau ada perbedaan? Hal ini sangatlah wajar di Negara kita yang menganut sistem demokrasi ini, mengingat semenjak era reformasi pemberitaan ormas terhadap sikapnya dalam mengawali dan mengakhiri puasa Ramadhan dipublikasikn di media secara besar-besaran. Disaat informasi ini dikonsumsikan oleh masyarakat awam, maka merekalah yang adu mulut terhadap kelompok yang berlawanan dengan pemahaman mereka, yang akhirnya timbul lah kegelisahan dalam masyarakat awam. Awal puasa Ramadhan 1436 H telah kita lalui beberapa hari dengan seluruh masyarakat Indonesia mengawali pada hari Kamis 18 Juni 2015 M. Sekarang pertanyaannya adalah mungkinkah kita mengakhiri puasa atau berhari raya Idul Fitri 1436 H secara bersama-sama?
A.    Data hasil perhitungan untuk awal Syawal 1436 H.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita lihat data hasil perhitungan untuk penentuan awal bulah Syawal 1436 H yang merupakan hari jatuhnya hari raya Idul Fitri. Konjungsi geosentrik atau konjungsi atau ijtima’ adalah peristiwa ketika bujur ekliptika Bulan sama dengan bujur ekliptika Matahari dengan pengamat diandaikan berada di pusat Bumi. Peristiwa ini akan kembali terjadi pada hari Kamis, 16 Juli 2015 M, pukul 01 : 24 UT atau pukul 08 : 24 WIB atau pukul 09 : 24 WITA atau pukul 10 : 24 WIT. Periode sinodis Bulan sendiri terhitung sejak konjungsi sebelumnya hingga konjungsi ini adalah 29 hari 11 jam 19 menit. Ketinggian Hilal di seluruh Indonesia saat Matahari terbenam pada 16 Juli 2015 berkisar antara 1,30o sampai dengan 2,91o. Besar sudut elongasi saat Matahari terbenam tanggal 16 Juli 2015 di seluruh Indonesia berkisar antara 5,31o sampai dengan 6,43°. Dan umur Bulan di seluruh Indonesia pada tanggal 16 Juli 2015 berkisar antara 7,17 jam sampai dengan 10,55 jam.
B.     Kriteria awal bulan Hijriyah yang ada di Indonesia      
1.       Ormas Nahdlatul Ulama (NU) yang menggunakan rukyat sebagai dasar penentuan awal bulan masih mengakui kesaksian rukyah asalkan ketinggiannya di atas batas imkanurrukyat 2° bahkan hanya dengan mata telanjang. Sementara dalam penyusunan kalendernya NU menggunakan kriteria imkanurrukyat 2° tanpa syarat elongasi dan umur Hilal. (sumber: RHI).
2.       Muhammadiyah dalam penyusunan kalender Hijriyah baik untuk keperluan sosial maupun ibadahnya (Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah) menggunakan kriteria yang dinamakan "Hisab Hakiki Wujudul Hilal". Kriteria ini menyatakan bahwa awal bulan Hijriyah dimulai apabila telah terpenuhi tiga kriteria berikut:
a. Telah terjadi ijtimak (konjungsi),
b. Ijtimak (konjungsi) itu terjadi sebelum matahari terbenam, dan
c. pada saat terbenamnya matahari piringan atas Bulan berada di atas ufuk (bulan baru telah wujud).
Ketiga kriteria ini penggunaannya adalah secara kumulatif, dalam arti ketiganya harus terpenuhi sekaligus. (sumber: RHI).
3.       Persatuan umat Islam (Persis) menetapkan kriteria bulan baru untuk bulan Hijriyah bila tinggi Bulan minimal 4 derajat dan sudut elogasi minimal 6,4 derajat.
4.  Pemerintah RI melalui pertemuan Menteri-menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) menetapkan kriteria yang disebutImkanurrukyat yang dipakai secara resmi untuk penentuan awal bulan bulan pada Kalender Islam negara-negara tersebut yang menyatakan hilal dianggap terlihat dan keesokannya ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah berikutnya apabila memenuhi salah satu syarat-syarat berikut:
a.       Ketika Matahari terbenam, ketinggian Bulan di atas horison tidak kurang dari 2° dan
b.      Jarak lengkung Bulan-Matahari (sudut elongasi) tidak kurang dari 3°. Atau
c.       Ketika Bulan terbenam, umur Bulan tidak kurang dari 8 jam selepas konjungsi/ijtimak berlaku.

Bila dilihat dari kriteria yang berkembang selama ini di Indonesia, maka bisa dipastikan Muhammadiyah akan barengan lebaran Idul Fitri 1436 H dengan Pemerintah RI dan NU pada hari Jum’at 17 Juli 2015 dengan jumlah puasa Ramadhan 29 hari, karena kriteria awal bulan hijriyah telah terpenuhi. Sedangkan Persatuan Umat Islam (Persis) akan berlebaran hari Sabtu 18 Juli 2015, karena kriteria awal bulan hijriyah belum terpenuhi. Untuk wilayah Aceh, perbedaan dalam berhari raya Idul Fitri 1436 H lebih besar lagi potensi perbedaan, mengingat sebahagian besar wilayah Aceh hilal secara teori belum bias dilihat, karena masih di bawah 2 derajat, seperti Langsa, Idi, Kuala Simpang, Lhokseumawe, Banda Aceh, Sabang, Calang, Meulaboh. Takengon, dan Suka Makmue. Daerah yang tinggi hilal sudah mungkin terlihat hanya Kutacane, Singkil, Subussalam, dan Sinabang. Bila perbedaan tetap terjadi, maka kita harus mengedepankan kebersama dalam perbedaan.      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar