Cari Blog Ini

Jumat, 19 Mei 2017

KAPAN AWAL RAMADHAN 1438 H.?

Bulan Ramadhan 1438 H tinggal menghitung hari, seiring dengan dekatnya dengan bulan Ramadhan, maka semakin banyaknya masyarakat yang mempertanyakan kapan dan hari apa jatuh 1 Ramadhan 1438 H. Hal ini sangat wajar dalam masyarakat kita di Indonesia, karena seringnya terjadi selisih dalam mengawali dan mengakhiri bulan Ramadhan. Selisih dalam mengawali Ramadhan juga sangat berpariasi, ada yang selisih satu hari, dua hari, bahkan ada yang sampai tiga hari. Hal ini dikarenakan ormas Islam seperti, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (Persis) berbeda dalam menetapkan kriteria awal bulan hijriah. Perbedaan ini akan mewarnai dalam masyarakat Islam Indonesia.

            Untuk mengetahui kapan jatuh 1 Ramadhan 1438 H, terlebih dahulu kita harus mengetahui kondisi hilal (bulan sabit yang terlihat di atas kaki langit barat setelah matahari terbenam) untuk 1 Ramadhan 1438 H. Hilal menjadi patokan dalam menetapkan awal bulan hijriah, apakah dalam kalangan mazhab hisab atau mazhab rukyah.
            Data hilal untuk awal Ramadhan 1438 H di Indonesia adalah sebagai berikut: pertama, Konjungsi geosentrik atau ijtma’ yaitu peristiwa ketika nilai bujur ekliptika Bulan sama dengan nila ekliptika Matahari dengan diandaikan pengamat berada di pusat Bumi. Peristiwa ini kembali terjadi pada Jumat dini hari pukul 02.44 WIB atau pukul 03.44 WITA atau pukul 04.44 WIT dengan nilai ekliptika Bulan dan Matahari 66,776°. Peristiwa konjungsi atau ijtima’ ini terjadi setelah Bulan mengintari Bumi selama 29 hari 7 jam 28 menit dari peristiwa konjungsi sebelumnya atau dikenal dengan periode Sinodis Bulan. Konjungsi ini sangat penting dalam menetapkan awal bulan hijriyah, karena peristiwa konjungsi ini menjadi pembatas antara akhir waktu bulan yang sedang berjalan dengan awal waktu bulan berikutnya secara perhitungan.
            Kedua, tinggi hilal pada hari jumat tanggal 26 Mei 2017 M atau 29 Syakban 1438 H saat matahari terbenam diseluruh Indonesia berkisar antara 6,81 derajat (terendah) di Jayapura di Papua sampai dengan 8,36 derajat (tertinggi) di Tua Pejat, Sumatera Barat. Tinggi hilal dihitung dari garis horizon barat ke hilal saat piringan atas matahari menyentuh garis horizon barat atau ufuk barat.
            Ketiga, sudut elogasi adalah jarak sudut antara pusat piringan bulan dengan pusat piringan matahari yang terbentuk saat Matahari terbenam di tempat pengamatan. Nilai sudut elogasi Bulan saat Matahari terbenam pada hari Jumat 26 Mei 2017 atau 29 Syakban 1438 H diseluruh Indonesia berkisar antara 8, 2 derajat (terendah) di Merauke, Papua sampai 9,81 derajat (tertinggi) di Sabang, Aceh.
            Keempat, Umur Bulan merupakan jumlah waktu umur bulan dihitung setelah konjungsi terjadi sampai Matahari terbenam. Umur bulan setelah konjungsi pada hari Jumat 26 Mei 2017 atau 29 Syakban 1438 H saat matahari terbenam di Indonesia berkisar antara 12 jam 41 menit (tercepat) di Merauke, Papua sampai 16 jam 42 menit (terlama) di Sabang, Aceh.
            Dari data hilal di atas, dapat dipastikan semua kriteria awal bulan hijriah yang dipakai oleh Ormas Islam di Indonesia telah terpenuhi, sehingga bila mengacu kepada hisab, awal Ramadhan 1438 H secara serentak akan jatuh pada hari Sabtu 27 Mei 2017 dengan jumlah hari bulan Syakban 29 hari. Untuk informasi resmi tentang penetapan awal bulan Ramadhan 1438 H di Indonesia, kita berharap semua lapisan masyarakat dapat menunggu hasil sidang isbat yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Agama RI di Jakarta pada hari Jumat sore.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar