Keteraturan peredaran
Bulan
dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam
mengelilingi Matahari memungkinkan kita untuk
mengetahui penentuan awal waktu di permukaan Bumi. Salah satunya adalah penentuan awal bulan Hijriah, yang didasarkan pada peredaran Bulan mengelilingi Bumi. Penentuan
awal bulan Hijriah ini sangat penting
bagi umat Islam, misalnya dalam penentuan awal tahun
baru Hijriah, awal dan akhir
puasa Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan
hari
raya Idul Adha.
Di Indonesia, setiap datangnya bulan Ramadhan, masyarakat
pasti bertanya-tanya, apakah awal dan akhir puasa Ramadhan kita kali ini akan
serentak atau ada perbedaan? Hal ini sangatlah wajar di Negara kita yang
menganut sistem demokrasi ini, mengingat semenjak era reformasi pemberitaan
ormas terhadap sikapnya dalam mengawali dan mengakhiri puasa Ramadhan
dipublikasikn di media secara besar-besaran. Disaat informasi ini dikonsumsikan
oleh masyarakat awam, maka merekalah yang adu mulut terhadap kelompok yang
berlawanan dengan pemahaman mereka, yang akhirnya timbul lah kegelisahan dalam
masyarakat awam. Awal puasa Ramadhan 1436 H telah kita lalui beberapa hari
dengan seluruh masyarakat Indonesia mengawali pada hari Kamis 18 Juni 2015 M.
Sekarang pertanyaannya adalah mungkinkah kita mengakhiri puasa atau berhari
raya Idul Fitri 1436 H secara bersama-sama?
A. Data
hasil perhitungan untuk awal Syawal 1436 H.
Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, mari kita lihat data hasil perhitungan untuk
penentuan awal bulah Syawal 1436 H yang merupakan hari jatuhnya hari raya Idul
Fitri. Konjungsi geosentrik atau konjungsi atau ijtima’
adalah peristiwa ketika bujur ekliptika Bulan
sama dengan bujur ekliptika Matahari dengan pengamat diandaikan berada di pusat Bumi. Peristiwa
ini
akan kembali terjadi pada hari Kamis, 16 Juli 2015 M, pukul 01 : 24 UT atau pukul 08 : 24 WIB atau pukul 09 : 24 WITA atau pukul 10 : 24 WIT. Periode sinodis Bulan sendiri terhitung sejak konjungsi sebelumnya hingga konjungsi ini adalah
29 hari 11 jam 19
menit. Ketinggian Hilal di seluruh
Indonesia saat Matahari terbenam pada 16 Juli 2015 berkisar antara 1,30o sampai dengan 2,91o. Besar sudut elongasi saat Matahari terbenam tanggal 16 Juli 2015 di seluruh Indonesia berkisar antara 5,31o sampai dengan 6,43°. Dan umur Bulan di seluruh Indonesia pada tanggal 16 Juli 2015 berkisar antara 7,17 jam sampai dengan 10,55 jam.
B.
Kriteria awal bulan
Hijriyah yang ada di Indonesia
1.
Ormas
Nahdlatul Ulama (NU) yang menggunakan rukyat sebagai dasar penentuan awal bulan
masih mengakui kesaksian rukyah asalkan ketinggiannya di atas batas
imkanurrukyat 2° bahkan hanya dengan mata telanjang. Sementara dalam penyusunan
kalendernya NU menggunakan kriteria imkanurrukyat 2° tanpa syarat elongasi dan
umur Hilal. (sumber: RHI).
2.
Muhammadiyah
dalam penyusunan kalender Hijriyah baik untuk keperluan sosial maupun ibadahnya
(Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah) menggunakan kriteria yang dinamakan
"Hisab Hakiki Wujudul Hilal". Kriteria ini menyatakan bahwa awal
bulan Hijriyah dimulai apabila telah terpenuhi tiga kriteria berikut:
a. Telah
terjadi ijtimak (konjungsi),
b. Ijtimak
(konjungsi) itu terjadi sebelum matahari terbenam, dan
c. pada
saat terbenamnya matahari piringan atas Bulan berada di atas ufuk (bulan baru
telah wujud).
Ketiga
kriteria ini penggunaannya adalah secara kumulatif, dalam arti ketiganya harus
terpenuhi sekaligus. (sumber: RHI).
3.
Persatuan umat Islam
(Persis) menetapkan kriteria bulan baru untuk bulan Hijriyah bila tinggi Bulan
minimal 4 derajat dan sudut elogasi minimal 6,4 derajat.
4.
Pemerintah
RI melalui pertemuan Menteri-menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan
Singapura (MABIMS) menetapkan kriteria yang disebutImkanurrukyat yang dipakai
secara resmi untuk penentuan awal bulan bulan pada Kalender Islam negara-negara
tersebut yang menyatakan hilal dianggap terlihat dan keesokannya ditetapkan
sebagai awal bulan Hijriyah berikutnya apabila memenuhi salah satu
syarat-syarat berikut:
a. Ketika Matahari terbenam, ketinggian
Bulan di atas horison tidak kurang dari 2° dan
b. Jarak lengkung Bulan-Matahari (sudut
elongasi) tidak kurang dari 3°. Atau
c. Ketika Bulan terbenam, umur Bulan
tidak kurang dari 8 jam selepas konjungsi/ijtimak berlaku.
Bila
dilihat dari kriteria yang berkembang selama ini di Indonesia, maka bisa dipastikan
Muhammadiyah akan barengan lebaran Idul Fitri 1436 H dengan Pemerintah RI dan NU
pada hari Jum’at 17 Juli 2015 dengan jumlah puasa Ramadhan 29 hari, karena kriteria
awal bulan hijriyah telah terpenuhi. Sedangkan Persatuan Umat Islam (Persis) akan berlebaran
hari Sabtu 18 Juli 2015, karena kriteria awal bulan hijriyah belum terpenuhi. Untuk
wilayah Aceh, perbedaan dalam berhari raya Idul Fitri 1436 H lebih besar lagi
potensi perbedaan, mengingat sebahagian besar wilayah Aceh hilal secara teori
belum bias dilihat, karena masih di bawah 2 derajat, seperti Langsa, Idi, Kuala
Simpang, Lhokseumawe, Banda Aceh, Sabang, Calang, Meulaboh. Takengon, dan Suka
Makmue. Daerah yang tinggi hilal sudah mungkin terlihat hanya Kutacane,
Singkil, Subussalam, dan Sinabang. Bila perbedaan tetap terjadi, maka kita
harus mengedepankan kebersama dalam perbedaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar