Bulan
Ramadhan 1438 H tinggal menghitung hari, seiring dengan dekatnya dengan bulan
Ramadhan, maka semakin banyaknya masyarakat yang mempertanyakan kapan dan hari
apa jatuh 1 Ramadhan 1438 H. Hal ini sangat wajar dalam masyarakat kita di
Indonesia, karena seringnya terjadi selisih dalam mengawali dan mengakhiri
bulan Ramadhan. Selisih dalam mengawali Ramadhan juga sangat berpariasi, ada
yang selisih satu hari, dua hari, bahkan ada yang sampai tiga hari. Hal ini
dikarenakan ormas Islam seperti, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) dan
Persatuan Islam (Persis) berbeda dalam menetapkan kriteria awal bulan hijriah.
Perbedaan ini akan mewarnai dalam masyarakat Islam Indonesia.
Untuk mengetahui kapan jatuh 1
Ramadhan 1438 H, terlebih dahulu kita harus mengetahui kondisi hilal (bulan
sabit yang terlihat di atas kaki langit barat setelah matahari terbenam) untuk
1 Ramadhan 1438 H. Hilal menjadi patokan dalam menetapkan awal bulan hijriah,
apakah dalam kalangan mazhab hisab atau mazhab rukyah.
Data hilal untuk awal Ramadhan 1438
H di Indonesia adalah sebagai berikut: pertama, Konjungsi
geosentrik atau ijtma’ yaitu peristiwa ketika
nilai bujur ekliptika Bulan sama dengan nila ekliptika Matahari dengan
diandaikan pengamat berada di pusat Bumi. Peristiwa ini kembali terjadi pada
Jumat dini hari pukul 02.44 WIB atau pukul 03.44 WITA atau pukul 04.44 WIT
dengan nilai ekliptika Bulan dan Matahari 66,776°. Peristiwa konjungsi atau ijtima’
ini terjadi setelah Bulan mengintari Bumi selama 29 hari 7 jam 28 menit dari
peristiwa konjungsi sebelumnya atau dikenal dengan periode Sinodis Bulan. Konjungsi ini sangat penting dalam menetapkan awal bulan
hijriyah, karena peristiwa konjungsi ini menjadi pembatas antara akhir waktu
bulan yang sedang berjalan dengan awal waktu bulan berikutnya secara
perhitungan.
Kedua, tinggi hilal pada hari jumat tanggal 26 Mei 2017 M atau 29 Syakban 1438
H saat matahari terbenam diseluruh
Indonesia berkisar antara 6,81 derajat (terendah) di Jayapura di Papua sampai dengan 8,36 derajat (tertinggi) di Tua
Pejat, Sumatera Barat. Tinggi hilal dihitung dari garis horizon barat ke hilal
saat piringan atas matahari menyentuh garis horizon barat atau ufuk barat.
Ketiga, sudut elogasi adalah jarak sudut antara
pusat piringan bulan dengan pusat piringan matahari yang terbentuk saat
Matahari terbenam di tempat pengamatan. Nilai sudut
elogasi Bulan saat Matahari terbenam pada
hari Jumat 26 Mei 2017 atau 29 Syakban 1438 H diseluruh Indonesia berkisar antara 8, 2 derajat (terendah) di Merauke, Papua sampai 9,81 derajat (tertinggi) di Sabang, Aceh.
Keempat, Umur Bulan
merupakan jumlah waktu umur bulan dihitung setelah
konjungsi terjadi sampai Matahari terbenam. Umur bulan setelah konjungsi pada hari Jumat 26 Mei 2017 atau 29 Syakban 1438 H saat matahari
terbenam di Indonesia berkisar antara 12 jam 41 menit (tercepat) di Merauke, Papua sampai 16 jam 42 menit (terlama) di Sabang, Aceh.
Dari data hilal di atas,
dapat dipastikan semua kriteria awal bulan hijriah yang dipakai oleh Ormas
Islam di Indonesia telah terpenuhi, sehingga bila mengacu kepada hisab, awal
Ramadhan 1438 H secara serentak akan jatuh pada hari Sabtu 27 Mei 2017 dengan
jumlah hari bulan Syakban 29 hari. Untuk informasi resmi tentang penetapan awal
bulan Ramadhan 1438 H di Indonesia, kita berharap semua lapisan masyarakat
dapat menunggu hasil sidang isbat yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Agama
RI di Jakarta pada hari Jumat sore.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar