Tulisan
ini menjelaskan secara rasional dan ilmiah sebuah peristiwa alamiah yang selalu
terjadi dua kali dalam setahun, yaitu peristiwa matahari melintas di atas
Ka’bah. Peristiwa ini juga sering disebut dengan istiwa a’zam dan hari
meluruskan arah kiblat. Dalam ilmu falak, peristiwa yang selalu terjadi pada
setiap tanggal 28 Mei dan 16 Juli sudah menjadi agenda rutinitas untuk
mengetahui arah kiblat di suatu tempat. Namun ada sebahagian yang masih
meragukan terhadap peristiwa ini dengan mengasumsikan bahwa tidak mungkin diketahui
saat matahari di atas Ka’bah, dicontohkan saat matahari pada pukul 12.30 Wib
berada di atas zenit orang yang berada di Kota Lhokseumawe, saat itu bila
ditanyakan pada orang yang berada di Kota Bireuen juga mengatakan bahwa
matahari di atas zenitnya, yang sebenarnya saat itu matahari berada di atas
zenit Lhokseumawe atau zenit Bireuen? Asumsi yang keliru ini sama seperti
asumsi bila masjid yang lebarnya melebihi lebar Ka’bah harus dilengkungkan
safnya.
A.
Sistem koordinat
Peristiwa matahari melintas di atas Ka’bah
dibangun atas teori ilmiah dengan asumsi bahwa semua benda langit bergerak
dengan teratur dan rapi, keteraturan gerak benda-benda langit seperti bumi,
bulan dan matahari telah sesuai dengan firman Nya (QS.Yunus, ayat 5). Dengan
memahami gerakan matahari, bumi dan bulan, manusia bisa dengan mudah mengetahui
peristiwa yang akan datang dengan akurat, seperti terbit dan terbenam matahari,
bulan purnama dan peristiwa gerhana. Untuk memudahkan dalam memahami posisi
benda-benda langit, diperkenalkan beberapa sistem koordinat, seperti koordinat
horison, koordinat ekuator dan koordinat ekliptika (Rinto Anugraha. 2012).
Untuk
menjelaskan peristiwa matahari melintasi Ka’bah cukup dengan memahami sistem
koordinat ekuator geosentris saja, dimana bumi diasumsikan sebagai titik pusat
koordinat dan bidang datar referensi adalah lingkaran ekuator, yaitu lingkaran
besar di langit yang diasumsikan sejajar dengan lingkaran garis khatulistiwa di
bumi. Saat matahari melintasi sejajar pada garis ekuator tanggal 21 Maret
disebut dengan hari ekuinoks, dimana orang yang berada di jalur khatulistiwa
saat matahari di zenit akan melihat semua benda yang posisi tegak lurus akan
kehilangan banyangnya.
Untuk mengetahui posisi benda langit dari bumi
bisa diukur dari lingkaran ekuator ke benda langit atau biasa disebut dengan
nilai deklinasi. Nilai deklinasi dihitung sama dengan nilai lintang di bumi, yaitu
0 derajat pada ekuator samapai 90 derajat ke kutub utara langit atau kutub
selatan langit. Nilai deklinasi matahari saat melintasi ekuator = 0 derajat dan
paling jauh ke utara 23,5 derajat dan ke selatan -23,5 derajat. Nilai deklinasi
matahari selalu berubah disetiap hari sepanjang tahun, tidak tetapnya nilai
deklinasi matahari disebabkan bidang sumbu orbit bumi tidak sejajar dengan
bidang rotasi bumi, selisih dari dua bidang sumbu sekitar 23,5 derajat dan
perbedaan ini bisa dibuktikan dengan waktu dan tempat terbit-terbenam matahari
yang tidak tetap sepanjang tahun, terbenam matahari tiap hari sepanjang tahun
bergeser sejauh setengah piringan matahari. Sederhananya bisa dilihat waktu
masuk salat Magrib dalam setahun pasti berbeda dalam setiap hari walau dalam
sekala detik, tempat terbit.
B.
Istiwa a’zam
Ka’bah
sebagai kiblat umat Islam berada pada titik koordinat 21 derajat 25 menit 22
detik busur atau 21,42278 derajat Lintang Utara (LU) dan 39 derajat 49 menit 34
detik busur atau 39,8261 derajat Bujur Timur (BT), sedangkan matahari bergeser
ke arah utara sampai 23,5 derajat, lebih jauh ke utara dari posisi Ka’bah,
berarti dalam satu tahun matahari akan melewati Ka’bah dua kali, yaitu saat
bergeser dari garis khatulistiwa ke paling utara dan saat bergeser kembali lagi
dari posisi paling utara (23,5 derajat) ke garis khatulistiwa.
Untuk
mengetahui tanggal berapa matahari melintas di atas Ka’bah hanya perlu melihat
kapan nilai deklinasi matahari yang paling dekat dengan nilai lintang Ka’bah.
Tahun 2019 nilai deklinasi matahari yang paling mendekati Ka’bah adalah tanggal
28 Mei dan 16 Juli, yaitu 21 derajat 25 menit 21 detik untuk tanggal 28 Mei dan
21 derajat 25 menit 14 detik untuk tanggal 16 Juli. (Ephemeris hisab rukyat
2019).
Setelah
mengetahui tanggal matahari melintasi Ka’bah selanjutnya menentukan waktu
matahari berada di atas Ka’bah, tentunya saat waktu Zuhur atau saat matahari
berada di garis meridian Ka’bah. Waktu lokal Ka’bah yaitu Universal Time (UT) +
3 derajat, sehingga titik bujur waktu Ka’bah berada pada 45 derajat BT
(3x15=45). Pada titik bujur 45 waktu matahari berada di meridian adalah pukul
12.00, untuk mengetahui berapa lama matahari bergerak dari meridian Bujur 45 ke
meridian Bujur Ka’bah perlu koreksi selisih bujur dan nilai perata waktu, hasil
perhitungan koreksi (4x[Bujur referensi – Bujur Tempat] – e) menghasilkan waktu
yang dibutuhkan adalah 17,9 menit atau dibulatkan 18 menit untuk tanggal 28 Mei
2019, artinya matahari berada di atas Ka’bah pada pukul 12.18 waktu setempat
dan untuk tanggal 16 Juli adalah 26,7 menit atau dibulatkan 27 menit, artinya
tanggal 16 Juli 2019 matahari di atas Ka’bah pada pukul 12.27 waktu setempat.
Peristiwa ini bisa dibuktikan dengan hilang banyang Ka’bah atau benda yang
tegak lurus pada waktu tersebut. Jadi untuk mengetahui kapan matahari di atas
Ka’bah tidak cukup dengan menggunakan mata tapi juga harus memahami data.
C.
Mengetahui arah kiblat
Saat
matahari berada di atas Ka’bah tentunya semua daerah yang masih siang hari
berkesempatan mengetahui arah kiblat dengan melihat semua bayang benda yang
berdiri tegak lurus mengarahkan ke Ka’bah. Karena selisih waktu Aceh dengan
Ka’bah 4 jam, maka untuk melihat bayang kiblat saat matahari di atas Ka’bah
untuk wilayah Aceh harus ada penyesuaian waktu dengan cara waktu Ka’bah
ditambah 4 jam (12.18+4.00), yaitu pukul 16.18 Wib untuk tanggal 28 Mei 2019
dan pukul 16.27 Wib untuk tanggal 16 Juli 2019. Langkah berikutnya, siapkan jam
yang sudah dikalibrasi dengan jam BMKG dan pancangkan tongkat di dataran yang
rata dan pastikan tongkat terkenak sinar matahari, amati arah bayang tongkat
saat waktu tersebut. Arah kiblat di lokasi tersebut adalah arah ujung bayang
tongkat yang menghadap ke mataha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar