Cari Blog Ini

Kamis, 31 Januari 2013

KETIKA MATAHARI TERGELINCIR


KETIKA MATAHARI TERGELINCIR
Oleh : tgk. Ismail, S.Sy[1]

Matahari merupakan benda langit dengan pancaran cahaya terkuat yang pernah disaksikan oleh manusia. Kuatnya cahaya Matahari menyebabkan benda-benda yang tersinarinya memiliki bayang-bayang tajam. Sinar Matahari berkecepatan 300 ribu Km perdetik, sedangkan jarak antara Bumi dan Matahari rata-rata 150 juta Km dengan jarak terdekat sekitar 147 juta Km dan jarak terjauh sekitar 152 juta Km, sehingga waktu yang diperlukan untuk sampainya cahaya Matahari ke permukaan Bumi sekitar 8 menit. Peranan Matahari sangat dihargai dalam Islam, disamping menjadi sumber energi ia juga dijadikan sandaran dalam penentuan waktu, khususnya waktu shalat.

            Meskipun Matahari merupakan pusat tata surya, namun bagi kita di Bumi justru kebalikan, seakan-akan Mataharilah yang berputar mengelilingi Bumi sepanjang hari. Perputaran ini dikenal sebagai gerak semu harian Matahari dan merupakan konsekuensi dari rotasi Bumi. Sebagai konsekuensi perputaran Bumi pada sumbunya, maka kita menyaksikan Matahari seakan-akan bergerak secara teratur pada satu garis dari hari ke hari.
Ketika Matahari terlihat di ufuk timur, kita mengatakan bahwa Matahari telah terbit. Setelah Matahari terbit dengan perlahan-lahan melaju hingga mencapai titik garis meridian, peristiwa ini dalam bahasa Aceh dikenal dengan Cot uroe timang, pada saat ini semua benda yang tersinari oleh Matahari akan menghasilkan bayang-bayang yang menuju ke arah utara atau selatan, bayang-bayang benda ini oleh ulama fiqih menamakan dengan bayang Istiwak. Bayang istiwak ini tidak selalu ada dalam setiap hari di suatu tempat, panjangnya juga tidak selalu sama antara satu tempat dengan tempat lain, hal ini dipengaruhi oleh nilai deklinasi Matahari dalam setiap hari tidak selalu sama, semakin besar nilai deklinasi dari nilai lintang tempat semakin panjang bayang istiwak. Apabila harga deklinasi sama dengan harga lintang tempat maka pada hari tersebut bayang istiwak tidak ada. Sekitar 2 menit kemudian bayang-bayang benda tersebut akan meninggalkan titik utara atau selatan dan melaju ke arah timur seiring dengan bergesernya Matahari ke arah barat, peristiwa inilah dalam ilmu fiqih dikenal dengan Tergelincirnya Matahari. Selanjutnya Matahari akan terbenam di ufuk barat, disaat inilah awal malam pun tiba.
            Sampai disini jelas bagi kita bahwa yang dimaksut dengan tergelincir Matahari adalah saat Matahari melepaskan diri dari titik meridian dengan melaju ke arah barat yang ditandai dengan bergesernya bayang suatu benda dari garis utara-selatan menuju ke arah timur. Sedangkan yang dimaksud dengan bayang Istiwak adalah bayang suatu benda yang menuju ke arah utara atau selatan disaat matahari berada di titik meridian.
            Peristiwa tergelincirnya Matahari merupakan hal yang sangat penting untuk kita ketahui karena menjadi basis perhitungan seluruh waktu shalat. Kesalahan dalam menentukan kapan Matahari tergelincir akan berpotensi membuat seluruh waktu shalat lainnya yang telah diperhitungkan dan disusun dengan rapi akan menjadi keliru. Kekeliruan dalam menentukan waktu shalat akan berakibat fatal bagi kita, mengingat mengetahui masuk waktu shalat merupakan salah satu syarat sahnya shalat. Apabila seseorang melaksanakan shalat tidak mengetahui masuk waktu, walaupun pada hakikatnya shalat itu dalam waktu,  maka shalatnya tidak sah karena yang menjadi I’tibar (patokan) pada ibadah adalah dhan mukallaf dan nafsul amri (keyakinan harus sesuai dengan hakikat kejadian). Karena itulah, para fuqahak telah mencoba untuk menjelaskan peristiwa tergelincirnya Matahari dan bayang istiwak dengan sangat detail, seperti yang penulis kutip dalam beberapa kitap syafi’iyah berikut ini.
            Syeh Syamsyuddin Muhammad bin Khatib Syarboyni menjelaskan dalam kitap Muqni al-Muhtaj tentang peristiwa tergelincir Matahari dan bayang istiwa’,
وهو ميل الشمس عن وسط السماء المسمى بلوغها اليه بحالة الاستواء الى جهة المغرب ,............وان وقف لا يزيد ولا ينقص فهو وقت الاستواء, وان اخذ الظل في الزيادة علم ان الشمس زالت.
            Dhawal Matahari adalah tergelincirnya Matahari dari pada pertengahan langit ke arah barat, peristiwa sampainya Matahari ke pertengahan langit dinamakan dengan kondisi istiwak…….dan jika seseorang berdiri tetapi bayangnya tidak lebih dan tidak kurang (tidak ada bayang) maka itulah waktu istiwak, dan apabila ada bayang yang lebih ketika kita berdiri maka kita ketahui bawa Matahari telah dhawal (Muqni, I, 170).
            Jalaluddin Muhammad bin Ahmad al-Mahalli dalam syarah Minhajut thalibin juga menjelaskan tentang tergelincir Matahari dan bayang istiwak.
وبيان ذلك ان الشمس اذا طلعت وقع لكل شاخص ظل طويل في جهة المغرب, ثم ينقص بارتفاع الشمس الى ان تنتهي الى وسط السماء وهي حالة الاستواء ويبقى حينئذ ظل في غالب البلاد ثم تميل الى جهة المشرق وذلك الميل هو الزوال.
            Penjelasan tentang waktu dhawal, apabila Matahari telah terbit maka bayang tiap-tiap benda akan mengarah ke arah barat dengan diameter yang panjang, kemudian berangsur pendek seiring dengan terangkatnya Matahari hingga penghabisan pertengahan langit. Posisi Matahari di penghabisan pertengahan langit ini dinamakan dengan istiwak dan diketika itu terdapat bayang suatu benda pada kebanyakan tempat kemudian bayang tersebut bergeser ke arah timur, pergeseran bayang itulah dinamakan dengan dhawal (Mahalli, I, 127).
            Ibu Kasim al-Ghazi menguraikan dengan jelas dalam kitab Fathul Qarib tentang peristiwa dhawal,
ويعرف ذلك الميل بتحول الظل الى جهة المشرق بعد تناهى قصره الذى هو غاية ارتفاع الشمس.
            Waktu dhawal itu dikenalkan dengan sebab bergeser bayang ke arah timur setelah mencapai penghabisan terpendek yaitu ketika Matahari mencapai puncak tertinggi (Fathul Qarib, I, 123).
            Dari penjelasan fuqahak di atas dapat disimpulkan bahwa dhawal Matahari yang merupakan awal waktu shalat Zuhur adalah ketika bergeser Matahari dari titik tertinggi ke arah barat yang ditandai dengan bergeser bayang suatu benda ke arah timur. Sedangkan yang dimaksud dengan bayang istiwak adalah bayang yang didapatkan ketika Matahari berada di titik tertinggi.
            Dalam ilmu falak, posisi Matahari di titik meridian yang dikenal dengan Meridian Pass (MP) dapat dihitung dengan rumus MP = 12 – (e) + kwd. Sedangkan untuk mengetahui apakah ada atau tidak bayang istiwak pada saat Matahari di titik meridian dapat diketahui dengan rumus MZ = φ – (δ).
Keterangan rumus:
e = Equation of Time.            
Kwd = koreksi waktu daerah
MZ = jauh Matahari dari titik zenit.  
φ (phi) =  Lintang tempat.
δ (delta) = Deklinasi Matahari
            Contoh, Pukul berapakah Matahari berkulminasi di Lhokseumawe pada tanggal 21 Juni 2013 dan apakah ada bayang istiwak pada hari tersebut.?. Dik. φ = 5 derjad 07 menit 41 detik.  δ = 23 derjat 26 menit 18 detik. e = -00 derjat 01 menit 46 detik.
            Jawaban,   MP = 12 - e + kwd.
                          KWD = (λwaktu λt)/15
                                     = (105˚ - 97˚ 9’ 4”) / 15
                                     = 00: 31: 23,73
            MP = 12 – (-00˚ 0146”) + 00: 31: 23,73
                  = 12:33:09
            MZ = φ – (δ)
                  = 5˚ 7’ 41” 23˚ 26’ 18” = -18˚18’37”
            Jadi Matahari berkulminasi di lhokseumawe pada tanggal 21 Juni 2013 adalah pukul 12 : 33 : 09 dan bayang istiwak ada dengan posisi bayang mengarah ke titik selatan karena Matahari pada saat itu berada sebelah utara titik zenith Lhokseumawe dengan jarak 18 derjat 18 menit 37 detik. Inilah salah satu contoh perhitungan saat Matahari berkulminasi dan kondisi bayang istiwak, rumus ini dapat digunakan setiap hari sepanjang tahun. Wallahu a’lam bissawab.


[1] Pembina UKM Lembaga Kajian Ilmu Falak STAIN Malikussaleh Lhokseumawe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar