Cari Blog Ini

Selasa, 11 Juni 2019

MENJENGKAL MATAHARI DI ATAS KA’BAH UNTUK MENGETAHUI ARAH KIBLAT

Tulisan ini menjelaskan secara rasional dan ilmiah sebuah peristiwa alamiah yang selalu terjadi dua kali dalam setahun, yaitu peristiwa matahari melintas di atas Ka’bah. Peristiwa ini juga sering disebut dengan istiwa a’zam dan hari meluruskan arah kiblat. Dalam ilmu falak, peristiwa yang selalu terjadi pada setiap tanggal 28 Mei dan 16 Juli sudah menjadi agenda rutinitas untuk mengetahui arah kiblat di suatu tempat. Namun ada sebahagian yang masih meragukan terhadap peristiwa ini dengan mengasumsikan bahwa tidak mungkin diketahui saat matahari di atas Ka’bah, dicontohkan saat matahari pada pukul 12.30 Wib berada di atas zenit orang yang berada di Kota Lhokseumawe, saat itu bila ditanyakan pada orang yang berada di Kota Bireuen juga mengatakan bahwa matahari di atas zenitnya, yang sebenarnya saat itu matahari berada di atas zenit Lhokseumawe atau zenit Bireuen? Asumsi yang keliru ini sama seperti asumsi bila masjid yang lebarnya melebihi lebar Ka’bah harus dilengkungkan safnya.

A.    Sistem koordinat
 Peristiwa matahari melintas di atas Ka’bah dibangun atas teori ilmiah dengan asumsi bahwa semua benda langit bergerak dengan teratur dan rapi, keteraturan gerak benda-benda langit seperti bumi, bulan dan matahari telah sesuai dengan firman Nya (QS.Yunus, ayat 5). Dengan memahami gerakan matahari, bumi dan bulan, manusia bisa dengan mudah mengetahui peristiwa yang akan datang dengan akurat, seperti terbit dan terbenam matahari, bulan purnama dan peristiwa gerhana. Untuk memudahkan dalam memahami posisi benda-benda langit, diperkenalkan beberapa sistem koordinat, seperti koordinat horison, koordinat ekuator dan koordinat ekliptika (Rinto Anugraha. 2012).
Untuk menjelaskan peristiwa matahari melintasi Ka’bah cukup dengan memahami sistem koordinat ekuator geosentris saja, dimana bumi diasumsikan sebagai titik pusat koordinat dan bidang datar referensi adalah lingkaran ekuator, yaitu lingkaran besar di langit yang diasumsikan sejajar dengan lingkaran garis khatulistiwa di bumi. Saat matahari melintasi sejajar pada garis ekuator tanggal 21 Maret disebut dengan hari ekuinoks, dimana orang yang berada di jalur khatulistiwa saat matahari di zenit akan melihat semua benda yang posisi tegak lurus akan kehilangan banyangnya.
 Untuk mengetahui posisi benda langit dari bumi bisa diukur dari lingkaran ekuator ke benda langit atau biasa disebut dengan nilai deklinasi. Nilai deklinasi dihitung sama dengan nilai lintang di bumi, yaitu 0 derajat pada ekuator samapai 90 derajat ke kutub utara langit atau kutub selatan langit. Nilai deklinasi matahari saat melintasi ekuator = 0 derajat dan paling jauh ke utara 23,5 derajat dan ke selatan -23,5 derajat. Nilai deklinasi matahari selalu berubah disetiap hari sepanjang tahun, tidak tetapnya nilai deklinasi matahari disebabkan bidang sumbu orbit bumi tidak sejajar dengan bidang rotasi bumi, selisih dari dua bidang sumbu sekitar 23,5 derajat dan perbedaan ini bisa dibuktikan dengan waktu dan tempat terbit-terbenam matahari yang tidak tetap sepanjang tahun, terbenam matahari tiap hari sepanjang tahun bergeser sejauh setengah piringan matahari. Sederhananya bisa dilihat waktu masuk salat Magrib dalam setahun pasti berbeda dalam setiap hari walau dalam sekala detik, tempat terbit.
B.     Istiwa a’zam
Ka’bah sebagai kiblat umat Islam berada pada titik koordinat 21 derajat 25 menit 22 detik busur atau 21,42278 derajat Lintang Utara (LU) dan 39 derajat 49 menit 34 detik busur atau 39,8261 derajat Bujur Timur (BT), sedangkan matahari bergeser ke arah utara sampai 23,5 derajat, lebih jauh ke utara dari posisi Ka’bah, berarti dalam satu tahun matahari akan melewati Ka’bah dua kali, yaitu saat bergeser dari garis khatulistiwa ke paling utara dan saat bergeser kembali lagi dari posisi paling utara (23,5 derajat) ke garis khatulistiwa.
Untuk mengetahui tanggal berapa matahari melintas di atas Ka’bah hanya perlu melihat kapan nilai deklinasi matahari yang paling dekat dengan nilai lintang Ka’bah. Tahun 2019 nilai deklinasi matahari yang paling mendekati Ka’bah adalah tanggal 28 Mei dan 16 Juli, yaitu 21 derajat 25 menit 21 detik untuk tanggal 28 Mei dan 21 derajat 25 menit 14 detik untuk tanggal 16 Juli. (Ephemeris hisab rukyat 2019).
Setelah mengetahui tanggal matahari melintasi Ka’bah selanjutnya menentukan waktu matahari berada di atas Ka’bah, tentunya saat waktu Zuhur atau saat matahari berada di garis meridian Ka’bah. Waktu lokal Ka’bah yaitu Universal Time (UT) + 3 derajat, sehingga titik bujur waktu Ka’bah berada pada 45 derajat BT (3x15=45). Pada titik bujur 45 waktu matahari berada di meridian adalah pukul 12.00, untuk mengetahui berapa lama matahari bergerak dari meridian Bujur 45 ke meridian Bujur Ka’bah perlu koreksi selisih bujur dan nilai perata waktu, hasil perhitungan koreksi (4x[Bujur referensi – Bujur Tempat] – e) menghasilkan waktu yang dibutuhkan adalah 17,9 menit atau dibulatkan 18 menit untuk tanggal 28 Mei 2019, artinya matahari berada di atas Ka’bah pada pukul 12.18 waktu setempat dan untuk tanggal 16 Juli adalah 26,7 menit atau dibulatkan 27 menit, artinya tanggal 16 Juli 2019 matahari di atas Ka’bah pada pukul 12.27 waktu setempat. Peristiwa ini bisa dibuktikan dengan hilang banyang Ka’bah atau benda yang tegak lurus pada waktu tersebut. Jadi untuk mengetahui kapan matahari di atas Ka’bah tidak cukup dengan menggunakan mata tapi juga harus memahami data.    
C.    Mengetahui arah kiblat
Saat matahari berada di atas Ka’bah tentunya semua daerah yang masih siang hari berkesempatan mengetahui arah kiblat dengan melihat semua bayang benda yang berdiri tegak lurus mengarahkan ke Ka’bah. Karena selisih waktu Aceh dengan Ka’bah 4 jam, maka untuk melihat bayang kiblat saat matahari di atas Ka’bah untuk wilayah Aceh harus ada penyesuaian waktu dengan cara waktu Ka’bah ditambah 4 jam (12.18+4.00), yaitu pukul 16.18 Wib untuk tanggal 28 Mei 2019 dan pukul 16.27 Wib untuk tanggal 16 Juli 2019. Langkah berikutnya, siapkan jam yang sudah dikalibrasi dengan jam BMKG dan pancangkan tongkat di dataran yang rata dan pastikan tongkat terkenak sinar matahari, amati arah bayang tongkat saat waktu tersebut. Arah kiblat di lokasi tersebut adalah arah ujung bayang tongkat yang menghadap ke mataha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar