KETIKA MATAHARI TERGELINCIR
Oleh : tgk. Ismail, S.Sy[1]
Matahari
merupakan benda langit dengan pancaran cahaya terkuat yang pernah disaksikan
oleh manusia. Kuatnya cahaya Matahari menyebabkan benda-benda yang tersinarinya
memiliki bayang-bayang tajam. Sinar
Matahari berkecepatan 300 ribu Km perdetik, sedangkan jarak antara Bumi dan
Matahari rata-rata 150 juta Km dengan jarak terdekat sekitar 147 juta Km dan
jarak terjauh sekitar 152 juta Km, sehingga waktu yang diperlukan untuk
sampainya cahaya Matahari ke permukaan Bumi sekitar 8 menit. Peranan Matahari
sangat dihargai dalam Islam, disamping menjadi sumber energi ia juga dijadikan
sandaran dalam penentuan waktu, khususnya waktu shalat.
Meskipun Matahari
merupakan pusat tata surya, namun bagi kita di Bumi justru kebalikan,
seakan-akan Mataharilah yang berputar mengelilingi Bumi sepanjang hari.
Perputaran ini dikenal sebagai gerak semu harian Matahari dan merupakan
konsekuensi dari rotasi Bumi. Sebagai konsekuensi perputaran Bumi pada
sumbunya, maka kita menyaksikan Matahari seakan-akan bergerak secara teratur
pada satu garis dari hari ke hari.
Ketika Matahari terlihat di ufuk timur, kita
mengatakan bahwa Matahari telah terbit. Setelah Matahari terbit dengan
perlahan-lahan melaju hingga mencapai titik garis meridian, peristiwa ini dalam
bahasa Aceh dikenal dengan Cot uroe timang,
pada saat ini semua benda yang tersinari oleh Matahari akan menghasilkan
bayang-bayang yang menuju ke arah utara atau selatan, bayang-bayang benda ini
oleh ulama fiqih menamakan dengan bayang Istiwak. Bayang istiwak ini tidak selalu
ada dalam setiap hari di suatu tempat, panjangnya juga tidak selalu sama antara satu tempat dengan
tempat lain, hal ini dipengaruhi oleh nilai deklinasi Matahari dalam setiap
hari tidak selalu sama, semakin besar nilai deklinasi dari nilai lintang tempat
semakin panjang bayang istiwak. Apabila harga deklinasi sama dengan harga
lintang tempat maka pada hari tersebut bayang istiwak tidak ada. Sekitar 2
menit kemudian bayang-bayang
benda tersebut akan meninggalkan titik utara atau selatan dan melaju ke arah
timur seiring dengan bergesernya Matahari ke arah barat, peristiwa inilah dalam
ilmu fiqih dikenal dengan Tergelincirnya Matahari. Selanjutnya Matahari
akan terbenam di ufuk barat, disaat inilah awal malam pun tiba.
Sampai disini jelas bagi kita bahwa
yang dimaksut dengan tergelincir Matahari adalah saat Matahari melepaskan diri
dari titik meridian dengan melaju ke arah barat yang ditandai dengan
bergesernya bayang suatu benda dari garis utara-selatan menuju ke arah timur.
Sedangkan yang dimaksud dengan bayang Istiwak adalah bayang suatu benda yang menuju
ke arah utara atau selatan disaat matahari berada di titik meridian.
Peristiwa tergelincirnya Matahari
merupakan hal yang sangat penting untuk kita ketahui karena menjadi basis
perhitungan seluruh waktu shalat. Kesalahan dalam menentukan kapan Matahari
tergelincir akan berpotensi membuat seluruh waktu shalat lainnya yang telah
diperhitungkan dan disusun dengan rapi akan menjadi keliru. Kekeliruan dalam
menentukan waktu shalat akan berakibat fatal bagi kita, mengingat mengetahui
masuk waktu shalat merupakan salah satu syarat sahnya shalat. Apabila seseorang
melaksanakan shalat tidak mengetahui masuk waktu, walaupun pada hakikatnya
shalat itu dalam waktu, maka shalatnya
tidak sah karena yang menjadi I’tibar (patokan) pada ibadah adalah dhan
mukallaf dan nafsul amri (keyakinan harus sesuai dengan hakikat kejadian).
Karena itulah, para fuqahak telah mencoba untuk menjelaskan peristiwa
tergelincirnya Matahari dan bayang istiwak
dengan sangat detail, seperti yang penulis kutip dalam beberapa kitap
syafi’iyah berikut ini.
Syeh Syamsyuddin Muhammad bin Khatib
Syarboyni menjelaskan dalam kitap Muqni al-Muhtaj tentang peristiwa tergelincir
Matahari dan bayang istiwa’,
وهو
ميل الشمس عن وسط السماء المسمى بلوغها اليه بحالة الاستواء الى جهة المغرب
,............وان وقف لا يزيد ولا ينقص فهو وقت الاستواء, وان اخذ الظل في الزيادة
علم ان الشمس زالت.
Dhawal
Matahari adalah tergelincirnya Matahari dari pada pertengahan langit ke arah
barat, peristiwa sampainya Matahari ke pertengahan langit dinamakan dengan kondisi
istiwak…….dan jika seseorang berdiri tetapi
bayangnya tidak lebih dan tidak kurang (tidak ada bayang) maka itulah waktu
istiwak, dan apabila ada bayang yang lebih ketika kita berdiri maka kita
ketahui bawa Matahari telah dhawal (Muqni, I, 170).
Jalaluddin
Muhammad bin Ahmad al-Mahalli dalam syarah Minhajut thalibin juga menjelaskan
tentang tergelincir Matahari dan bayang istiwak.
وبيان
ذلك ان الشمس اذا طلعت وقع لكل شاخص ظل طويل في جهة المغرب, ثم ينقص بارتفاع الشمس
الى ان تنتهي الى وسط السماء وهي حالة الاستواء ويبقى حينئذ ظل في غالب البلاد ثم
تميل الى جهة المشرق وذلك الميل هو الزوال.
Penjelasan tentang waktu
dhawal, apabila Matahari telah terbit maka bayang tiap-tiap benda akan mengarah
ke arah barat dengan diameter yang panjang, kemudian berangsur pendek seiring
dengan terangkatnya Matahari hingga penghabisan pertengahan langit. Posisi
Matahari di penghabisan pertengahan langit ini dinamakan dengan istiwak dan diketika itu
terdapat bayang suatu benda pada kebanyakan tempat kemudian bayang tersebut
bergeser ke arah timur, pergeseran bayang itulah dinamakan dengan dhawal
(Mahalli, I, 127).
Ibu Kasim al-Ghazi menguraikan
dengan jelas dalam kitab Fathul Qarib tentang peristiwa dhawal,
ويعرف
ذلك الميل بتحول الظل الى جهة المشرق بعد تناهى قصره الذى هو غاية ارتفاع الشمس.
Waktu dhawal itu dikenalkan dengan
sebab bergeser bayang ke arah timur setelah mencapai penghabisan terpendek
yaitu ketika Matahari mencapai puncak tertinggi (Fathul Qarib, I, 123).
Dari penjelasan fuqahak di atas
dapat disimpulkan bahwa dhawal Matahari yang merupakan awal waktu shalat Zuhur
adalah ketika bergeser Matahari dari titik tertinggi ke arah barat yang
ditandai dengan bergeser bayang suatu benda ke arah timur. Sedangkan yang
dimaksud dengan bayang istiwak adalah bayang yang didapatkan ketika Matahari
berada di titik tertinggi.
Dalam ilmu falak, posisi Matahari di
titik meridian yang dikenal dengan Meridian Pass (MP) dapat dihitung dengan rumus
MP = 12 – (e) + kwd. Sedangkan untuk mengetahui apakah ada atau tidak bayang istiwak pada saat Matahari di titik meridian
dapat diketahui dengan rumus MZ = φ – (δ).
Keterangan
rumus:
e = Equation of
Time.
Kwd = koreksi
waktu daerah
MZ = jauh Matahari
dari titik zenit.
φ (phi) = Lintang tempat.
δ (delta) =
Deklinasi Matahari
Contoh, Pukul berapakah Matahari
berkulminasi di Lhokseumawe pada tanggal 21 Juni 2013 dan apakah ada bayang istiwak pada hari tersebut.?. Dik. φ = 5 derjad
07 menit 41 detik. δ = 23 derjat 26
menit 18 detik. e = -00 derjat 01 menit 46 detik.
Jawaban, MP =
12 - e + kwd.
KWD = (λwaktu – λt)/15
= (105˚ - 97˚ 9’ 4”) / 15
= 00: 31: 23,73
MP = 12 – (-00˚ 01’ 46”) + 00: 31: 23,73
= 12:33:09
MZ = φ – (δ)
= 5˚ 7’ 41” – 23˚ 26’ 18” = -18˚18’37”
Jadi
Matahari berkulminasi di lhokseumawe pada tanggal 21
Juni 2013 adalah pukul 12 : 33 : 09 dan bayang istiwak ada dengan posisi bayang
mengarah ke titik selatan karena Matahari pada saat itu berada sebelah utara
titik zenith Lhokseumawe dengan jarak 18 derjat 18 menit 37 detik. Inilah salah
satu contoh perhitungan saat Matahari berkulminasi dan kondisi bayang istiwak,
rumus ini dapat digunakan setiap hari sepanjang tahun. Wallahu a’lam bissawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar